Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah melimpahkan nikmat-nikmatNya
kepada kitasemua
dan nikmat yang paling utama yaitu nikmat iman dan islam yang Allah berikan
kepada kita semua sampai hari ini. Shalawat serta salam hendaklah kita curahkan kepada bimbingan kita Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan para pengikutnya sampai hari kiamat
kelak, karena berkat beliaulah kita bisa mengetahui agama Islam yang haq dan
mulia ini.
Pendidikan Islam sangatlah
penting bagi setiap manusia, dengan berjalannya pendidikan Islam ini kehidupan bermasyarakat akan menjadi
jauh lebih tenang dan tentram. Di antara tujuan pendidikan Islam menurut Munir Mursi adalah:
1.
Bahagia di dunia dan di akherat.
2.
Menghambakan diri kepada Allah.
3.
Memperkuat ikatan keislaman dan melayani
kepentingan masyarakat Islam.
4.
Akhlak mulia[1]
Sungguh sangat disayangkan jika pendidikan Islam ini tidak berjalan karena ada beberapa
problematika yang belum terpecahkan, problematika tersebut menghalangi terwujudnya
tujuan pendidikan Islam di negeri ini. Musuh-musuh Islam tidak
henti-hentinya menyerang Islam dari luar dan dalam. Mereka melakukan semua ini
agar umat Islam tidak berkembang dan bahkan
mengalami kemunduran, semua ini mereka lakukan hanya untuk memecah belah
dan menghancurkan kaum muslimin.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ
حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُم
“Orang-orang Yahudi dan
Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka.......” (QS. Al Baqarah : 120)
Di antara
problematika-problematika itu adalah tontonan televisi yang merusak. Tontonan
televisi yang merusak penerus bangsa ini termasuk di antara problematika pendidikan, karena di negeri ini anak-anak
sejak kecil pun telah
dibiasakan menonton televisi, bahkan beberapa anak bebas menonton televisi
tanpa adanya pengawasan, batasan dan pengarahan dari orang tuanya. Fenomena ini merupakan salah satu problematika
pendidikan Islam yang masih sulit untuk
dihilangkan. Bahkan beberapa masyarakat tidak mengetahui akan hal ini karena dampak negatif yang ditimbulkan tidak
langsung terlihat, namun memiliki dampak negatif
dalam jangka panjang.
Berbagai acara
penuh kerusakan disajikan kepada seluruh elemen masyarakat, mulai dari rakyat
jelata sampai pejabat-pejabat negara. Acara-acara yang ada unsur pornografi,
perilaku tidak bermoral, kekerasan dan keburukan-keburukan lainnya, kini dengan
mudah dinikmati oleh anak-anak kecil yang mereka belum saatnya untuk mengenal
hal-hal tersebut.
Jika mereka telah
mengetahui hal-hal yang belum saatnya mereka ketahui, maka akibatnya mereka
akan matang sebelum waktunya. Hal ini tentu sangat membahayakan mereka, karena akan mendorong mereka untuk
melakukan berbagai macam tindak kejahatan, bahkan terkadang menyebabkan
gangguan jiwa bagi korbannya.
Menurut para pakar
dan peneliti otak, otak kita bekerja secara sadar, tidak sadar, dan bawah
sadar. Dalam beberapa tinjauan lebih difokuskan dengan mengkategorikan sadar
dan bawah sadar saja. Otak yang bekerja secara sadar, prosesnya kita ketahui
dan kita kendalikan, misalnya saat mengerjakan hitung-hitungan, saat pertama
kali belajar mengemudikan mobil, dan berusaha mengingat sesuatu yang
terlupakan. Itu semua dilakukan dengan sadar. Sedangkan kerja otak dibawah
sadar itu kita tidak mengendalikannya dan tidak mengetahui prosesnya seperti
menyebutkan hal-hal yang sudah dihafal (inilah yang disebut hafal luar kepala)
atau seorang yang telah mahir dalam mengemudi, semua akan berjalan begitu saja
tanpa kita sadari bagaimana otak bekerja mengendalikan anggota badan tersebut. Menurut penelitian ini,
otak bekerja secara sadar pada manusia hanya 15% dari keseuruhan aktivitas
otak. Selebihnya, 85% otak bekerja dibawah sadar. Kerja alat tubuh ini secara
umum dikendalikan oleh otak secara bawah sadar, demikian juga watak, cara
pandang, emosi, perilaku, juga rangsangan yang diberikan panca indra. Maka
apa saja yang didapatkan oleh pancaindra, otak secara bawah sadar langsung
menyimpan informasi-informasi tersebut secara otomatis. Serta mengendalikan
fungsi anggota tubuh, perasaan maupun kejiwaan kita. Tentunya segala
acara-acara televisi yang menjajakan syahwat termasuk dalam kategori ini.[2]
Dari data tersebut kita mengetahui bahwasannya otak bisa menyerap dan
menyimpan apa yang dilihat oleh mata, apa yang seorang anak lihat di dalam televisi bisa secara otomatis
mempengaruhi watak, cara pandang, emosi dan perilakunya.
Ahmad Tafsir mengatakan,“Tontonan yang sadististik dan pornografis (seks)
itu merusak mental (selanjutnya fisik), baik bagi orang dewasa maupun bagi
anak-anak. Bagi anak anak pengaruhnya akan besar sekali karena tontonan itu
akan meninggalkan kesan yang teguh dan dalam jiwa anak-anak itu. Kelak, setelah
anak-anak itu remaja, kesan itu bekerja, lantas
dibarengi dengan keadaan mental yang bergejolak (gejolak remaja),
biasanya remaja itu tidak bisa mengendalikan dirinya. Bila demikian maka
nasihat dan bimbingan para orang tua dan guru tidak akan lagi besar manfaatnya.
Oleh karena itu, para pendidik Muslim berpendapat bahwa tontonan sadis dan
porno itu amat berbahaya bagi anak-anak, remaja, dan juga bagi orang dewasa.”[3]
Hal ini juga sebagaimana yang dikatakan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah:
“Pandangan merupakan sumber munculnya kebanyakan melapetaka yang menimpa
manusia, karena pandangan melahirkan betikan hati, kemudian berlanjut betikan
dibenak hati menimbulkan pemikiran (lamunan), lalu pemikiran menimbulkan
syahwat, kemudian syahwat melahirkan keinginan, kemudian menguat kehendak
tersebut hingga menjadi 'azzam/tekad yang kuat, lalu timbulah tindakan yang
tidak sesuatu pun dapat mencegahnya. Oleh karena itu dikatakan,'kesabaran untuk menundukkan
pandangan lebih mudah daripada kesabaran menahan kepedihan yang akan timbul
kelak akibat dari tidak menjaga pandangan'.”[4]
Seperti kasus-kasus yang telah berlalu, ada seorang anak yang membunuh
temannya karena dia terbiasa menonton acara “Smack Down”, lalu dia
mempraktikkannya kepada temannya tersebut. Begitu juga banyak kasus-kasus
pelecehan yang dilakukan oleh anak-anak, juga karena tontonan televisi yang mengandung unsur-unsur negatif. Begitu juga banyak remaja yang melakukan
pacaran karena telah terbiasa melihat hal-hal tersebut didalam televisi.
Padahal guru-guru di sekolah telah menjelaskan budi pekerti yang baik, akhlak, adab, aqidah
dalam Islam kepada peserta didiknya. Namun
kenyataannya televisi lebih bisa membius para peserta didik daripada guru-guru
mereka di sekolah.
Jumlah hal-hal
negatif yang diterima atau
diserap anak melalui televisi jauh lebih banyak
daripada pendidikan islam yang telah diajarkan di sekolah maupun di rumah.
Dampak negatif dari televisi ini diperparah dengan pendidikan dari
kebanyakan orang tua yang kurang dan jauh dari agama. Begitu
pula pendidikan di sekolah-sekolah umum yang juga jauh dari pendidikan Islam dan
jam pelajaran agama Islam yang pun sedikit sekali. Maka
ini semua menjadi salah satu problematika besar yang mengganggu berjalannya
proses pendidikan Islam dan harus
segera diatasi bersama.
Cara Mengatasi
Jika kita biarkan ini semua berjalan begitu saja tanpa kita atasi, maka
ini akan memperburuk kualitas pendidikan di negeri ini pada masa
mendatang. Berikut ini beberapa cara yang bisa kita
lakukan untuk
menghilangkan atau minimal kita bisa meminimalisir problematika tersebut, yaitu:
1.
Melaporkan
acara-acara yang tidak sesuai syariat dan jauh dari akhlak yang baik kepada KPI. Dengan ini
minimal kita sudah berusaha untuk memberikan saran atau nasehat kepada lembaga
pemerintah, sebagaimana apa yang telah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sabdakan,
الدين النصيحة. قلنا: لمن ؟. قال: لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين
وعامتهم
“Agama itu adalah nasehat”. Para Sahabat bertanya, “Kepada siapa
wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Kepada Allah, kepada Kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada
pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin pada umumnya”
(HR. Muslim)
Juga dalam rangka saling tolong menolong dalam kebaikan, Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢ ﴾
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”. (QS. Al Maidah : 2).
Meskipun saran kita tersebut belum
tentu diterima, maka yang terpenting kita telah berniat dan
berusaha untuk memberantas problematika tersebut.
2.
Sangat
selektif dan kritis dalam memilih acara-acara bagi keluarga kita dan mengontrol tontonan anak.
3.
Batasilah dengan waktu khusus saja dan dengan pengawasan dari orang tua. Hal ini agar orang tua bisa mengontrol tontonan anak dan anak
tidak menjadi anak yang maniak televisi. Meskipun didalam televisi juga
terdapat acara-acara yang bermanfaat, tapi lebih baik kita menjauhkan anak-anak
tersebut dari televisi[5]. Sebagaimana ada kaidah yang
berbunyi, “Dar'ul mafasid aula min jalbil manafi'” yang artinya mencegah
kerusakan lebih utama daripada menarik manfaat[6].
4. Memberikan
pendidikan kepada anak dengan tarbiyah Rabbaniyatul ghayah (berorientasi
kepada ketuhanan atau pendidikan yang berasas islam itu sendiri)[7].
5. Memberikan
layanan pendidikan secara utuh, menyeluruh, dan seimbang pada seluruh aspek
pertumbuhan dan perkembangan manusia dan masyarakat. Mengarahkan aspek
keimanan, ruhiyah, pemikiran, akhlak, sensivitas diri, jasmani, motivasi untuk
maju, dan kemasyarakatan[8] anak.
Jauhkanlah keluarga kita
dari tontonan-tontonan yang tidak bermanfaat !!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ
غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ﴿٦﴾
”Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At Tahrim :
6)
Sumber :
1.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam
(Bandung: PT. Rosda karya Offset, 2011).
2.
Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Ad-Daa'u Wad Dawaa' (Mekkah: Daaru 'alamil
Fawa'id, 1429H)
3.
Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom. (Mesir:
Darul 'Alamiah, 2012).
4.
Indra Rustum, 2013, Tontonan Merusak dan
Penyimpangan Akhlak Anak, Majalah Qiblati edisi 06 tahun VIII.
5.
Suroso
Abdussalam, Arah & Asas Landasan Pendidikan Islam, (Sukses
Publishing, 2011).
[2]Indra Rustum, 2013, Tontonan Merusak dan
Penyimpangan Akhlak Anak, Majalah Qiblati edisi 06 tahun VIII, 80-81.
[3]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam (Bandung: PT. Rosda karya Offset, 2011) 176
[4]Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Ad-Daa'u Wad
Dawaa' (Mekkah: Daaru 'alamil Fawa'id, 1429H) 350
[5]Indra Rustum, 2013, Tontonan Merusak dan
Penyimpangan Akhlak Anak, Majalah Qiblati edisi 06 tahun VIII, 79
[6]Abdullah
bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom. (Mesir: Darul 'Alamiah, 2012) 64
[7]Suroso Abdussalam, Arah & Asas Landasan
Pendidikan Islam, (Sukses Publishing, 2011) 58
teknologi memang ada yang berdampak negatif dan positif semua tergantung dengan penggunanya...
ReplyDeletehttp://cody.id/produk/obeng/obeng-set-cody-7-in-1/