Friday, 15 April 2016

Dampak Negatif Televisi Bagi Pendidikan Islam

Image result for dampak negatif televisi
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah melimpahkan nikmat-nikmatNya kepada kitasemua dan nikmat yang paling utama yaitu nikmat iman dan islam yang Allah berikan kepada kita semua sampai hari ini. Shalawat serta salam hendaklah kita curahkan kepada bimbingan kita Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan para pengikutnya sampai hari kiamat kelak, karena berkat beliaulah kita bisa mengetahui agama Islam yang haq dan mulia ini.
Pendidikan Islam sangatlah penting bagi setiap manusia, dengan berjalannya pendidikan Islam ini kehidupan bermasyarakat akan menjadi jauh lebih tenang dan tentram. Di antara tujuan pendidikan Islam menurut Munir Mursi adalah:
1.                       Bahagia di dunia dan di akherat.
2.                       Menghambakan diri kepada Allah.
3.                       Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat Islam.
4.                       Akhlak mulia[1]
Sungguh sangat disayangkan jika pendidikan Islam ini tidak berjalan karena ada beberapa problematika yang belum terpecahkan,  problematika tersebut menghalangi terwujudnya tujuan pendidikan Islam di negeri ini. Musuh-musuh Islam tidak henti-hentinya menyerang Islam dari luar dan dalam. Mereka melakukan semua ini agar umat Islam tidak berkembang dan bahkan mengalami kemunduran, semua ini mereka lakukan hanya untuk memecah belah dan  menghancurkan kaum muslimin. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُم

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.......” (QS. Al Baqarah : 120)
Di antara problematika-problematika itu adalah tontonan televisi yang merusak. Tontonan televisi yang merusak penerus bangsa ini termasuk di antara problematika pendidikan, karena di negeri ini anak-anak sejak kecil pun telah dibiasakan menonton televisi, bahkan beberapa anak bebas menonton televisi tanpa adanya pengawasan, batasan dan pengarahan dari orang tuanya. Fenomena ini merupakan salah satu problematika pendidikan Islam yang masih sulit untuk dihilangkan. Bahkan beberapa masyarakat tidak mengetahui akan hal ini karena dampak negatif yang ditimbulkan tidak langsung terlihat, namun memiliki dampak negatif dalam jangka panjang.
Berbagai acara penuh kerusakan disajikan kepada seluruh elemen masyarakat, mulai dari rakyat jelata sampai pejabat-pejabat negara. Acara-acara yang ada unsur pornografi, perilaku tidak bermoral, kekerasan dan keburukan-keburukan lainnya, kini dengan mudah dinikmati oleh anak-anak kecil yang mereka belum saatnya untuk mengenal hal-hal tersebut.
Jika mereka telah mengetahui hal-hal yang belum saatnya mereka ketahui, maka akibatnya mereka akan matang sebelum waktunya. Hal ini tentu sangat membahayakan mereka, karena akan mendorong mereka untuk melakukan berbagai macam tindak kejahatan, bahkan terkadang menyebabkan gangguan jiwa bagi korbannya.
Menurut para pakar dan peneliti otak, otak kita bekerja secara sadar, tidak sadar, dan bawah sadar. Dalam beberapa tinjauan lebih difokuskan dengan mengkategorikan sadar dan bawah sadar saja. Otak yang bekerja secara sadar, prosesnya kita ketahui dan kita kendalikan, misalnya saat mengerjakan hitung-hitungan, saat pertama kali belajar mengemudikan mobil, dan berusaha mengingat sesuatu yang terlupakan. Itu semua dilakukan dengan sadar. Sedangkan kerja otak dibawah sadar itu kita tidak mengendalikannya dan tidak mengetahui prosesnya seperti menyebutkan hal-hal yang sudah dihafal (inilah yang disebut hafal luar kepala) atau seorang yang telah mahir dalam mengemudi, semua akan berjalan begitu saja tanpa kita sadari bagaimana otak bekerja mengendalikan anggota badan tersebut. Menurut penelitian ini, otak bekerja secara sadar pada manusia hanya 15% dari keseuruhan aktivitas otak. Selebihnya, 85% otak bekerja dibawah sadar. Kerja alat tubuh ini secara umum dikendalikan oleh otak secara bawah sadar, demikian juga watak, cara pandang, emosi, perilaku, juga rangsangan yang diberikan panca indra. Maka apa saja yang didapatkan oleh pancaindra, otak secara bawah sadar langsung menyimpan informasi-informasi tersebut secara otomatis. Serta mengendalikan fungsi anggota tubuh, perasaan maupun kejiwaan kita. Tentunya segala acara-acara televisi yang menjajakan syahwat termasuk dalam kategori ini.[2]
Dari data tersebut kita mengetahui bahwasannya otak bisa menyerap dan menyimpan apa yang dilihat oleh mata, apa yang seorang anak lihat di dalam televisi bisa secara otomatis mempengaruhi watak, cara pandang, emosi dan perilakunya.
Ahmad Tafsir mengatakan,“Tontonan yang sadististik dan pornografis (seks) itu merusak mental (selanjutnya fisik), baik bagi orang dewasa maupun bagi anak-anak. Bagi anak anak pengaruhnya akan besar sekali karena tontonan itu akan meninggalkan kesan yang teguh dan dalam jiwa anak-anak itu. Kelak, setelah anak-anak itu remaja, kesan itu bekerja, lantas  dibarengi dengan keadaan mental yang bergejolak (gejolak remaja), biasanya remaja itu tidak bisa mengendalikan dirinya. Bila demikian maka nasihat dan bimbingan para orang tua dan guru tidak akan lagi besar manfaatnya. Oleh karena itu, para pendidik Muslim berpendapat bahwa tontonan sadis dan porno itu amat berbahaya bagi anak-anak, remaja, dan juga bagi orang dewasa.”[3]
Hal ini juga sebagaimana yang dikatakan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah: “Pandangan merupakan sumber munculnya kebanyakan melapetaka yang menimpa manusia, karena pandangan melahirkan betikan hati, kemudian berlanjut betikan dibenak hati menimbulkan pemikiran (lamunan), lalu pemikiran menimbulkan syahwat, kemudian syahwat melahirkan keinginan, kemudian menguat kehendak tersebut hingga menjadi 'azzam/tekad yang kuat, lalu timbulah tindakan yang tidak sesuatu pun dapat mencegahnya. Oleh karena itu dikatakan,'kesabaran untuk menundukkan pandangan lebih mudah daripada kesabaran menahan kepedihan yang akan timbul kelak akibat dari tidak menjaga pandangan'.”[4]
Seperti kasus-kasus yang telah berlalu, ada seorang anak yang membunuh temannya karena dia terbiasa menonton acara “Smack Down”, lalu dia mempraktikkannya kepada temannya tersebut. Begitu juga banyak kasus-kasus pelecehan yang dilakukan oleh anak-anak, juga karena tontonan televisi yang mengandung unsur-unsur negatif. Begitu juga banyak remaja yang melakukan pacaran karena telah terbiasa melihat hal-hal tersebut didalam televisi. Padahal guru-guru di sekolah telah menjelaskan budi pekerti yang baik, akhlak, adab, aqidah dalam Islam kepada peserta didiknya. Namun kenyataannya televisi lebih bisa membius para peserta didik daripada guru-guru mereka di sekolah.
Jumlah hal-hal negatif yang diterima atau diserap anak melalui televisi jauh lebih banyak daripada pendidikan islam yang telah diajarkan di sekolah maupun di rumah. Dampak negatif dari televisi ini diperparah dengan pendidikan dari kebanyakan orang tua yang kurang dan jauh dari agama. Begitu pula pendidikan di sekolah-sekolah umum yang juga jauh dari pendidikan Islam dan jam pelajaran agama Islam yang pun sedikit sekali. Maka ini semua menjadi salah satu problematika besar yang mengganggu berjalannya proses pendidikan Islam dan harus segera diatasi bersama.

Cara Mengatasi

Jika kita biarkan ini semua berjalan begitu saja tanpa kita atasi, maka ini akan memperburuk kualitas pendidikan di negeri ini pada masa mendatang. Berikut ini beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan atau minimal kita bisa meminimalisir problematika tersebut, yaitu:
1.      Melaporkan acara-acara yang tidak sesuai syariat dan jauh dari akhlak yang baik kepada KPI. Dengan ini minimal kita sudah berusaha untuk memberikan saran atau nasehat kepada lembaga pemerintah, sebagaimana apa yang telah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sabdakan,
الدين النصيحة. قلنا: لمن ؟. قال: لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم
“Agama itu adalah nasehat”. Para Sahabat bertanya, “Kepada siapa wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Kepada Allah, kepada Kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin pada umumnya” (HR. Muslim)
Juga dalam rangka saling tolong menolong dalam kebaikan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢ ﴾
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”. (QS. Al Maidah : 2).
Meskipun saran kita tersebut belum tentu diterima, maka yang terpenting kita telah berniat dan berusaha untuk memberantas problematika tersebut.
2.      Sangat selektif dan kritis dalam memilih acara-acara bagi keluarga kita dan mengontrol tontonan anak.
3.      Batasilah dengan waktu khusus saja dan dengan pengawasan dari orang tua. Hal ini agar orang tua bisa mengontrol tontonan anak dan anak tidak menjadi anak yang maniak televisi. Meskipun didalam televisi juga terdapat acara-acara yang bermanfaat, tapi lebih baik kita menjauhkan anak-anak tersebut dari televisi[5]. Sebagaimana ada kaidah yang berbunyi, “Dar'ul mafasid aula min jalbil manafi'” yang artinya mencegah kerusakan lebih utama daripada menarik manfaat[6].
4.      Memberikan pendidikan kepada anak dengan tarbiyah Rabbaniyatul ghayah (berorientasi kepada ketuhanan atau pendidikan yang berasas islam itu sendiri)[7].
5.      Memberikan layanan pendidikan secara utuh, menyeluruh, dan seimbang pada seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan manusia dan masyarakat. Mengarahkan aspek keimanan, ruhiyah, pemikiran, akhlak, sensivitas diri, jasmani, motivasi untuk maju, dan kemasyarakatan[8] anak.

Jauhkanlah keluarga kita dari tontonan-tontonan yang tidak bermanfaat !!

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ﴿٦﴾
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At Tahrim : 6)

 

 

Sumber :

1.                       Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Rosda karya Offset, 2011).
2.                       Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Ad-Daa'u Wad Dawaa' (Mekkah: Daaru 'alamil Fawa'id, 1429H)
3.                       Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom. (Mesir: Darul 'Alamiah, 2012).
4.                       Indra Rustum, 2013, Tontonan Merusak dan Penyimpangan Akhlak Anak, Majalah Qiblati edisi 06 tahun VIII.
5.                       Suroso Abdussalam, Arah & Asas Landasan Pendidikan Islam, (Sukses Publishing, 2011).


[1]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Rosda karya Offset, 2011) 49
[2]Indra Rustum, 2013, Tontonan Merusak dan Penyimpangan Akhlak Anak, Majalah Qiblati edisi 06 tahun VIII, 80-81.
[3]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Rosda karya Offset, 2011) 176
[4]Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Ad-Daa'u Wad Dawaa' (Mekkah: Daaru 'alamil Fawa'id, 1429H) 350
[5]Indra Rustum, 2013, Tontonan Merusak dan Penyimpangan Akhlak Anak, Majalah Qiblati edisi 06 tahun VIII, 79
[6]Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom. (Mesir: Darul 'Alamiah, 2012) 64
[7]Suroso Abdussalam, Arah & Asas Landasan Pendidikan Islam, (Sukses Publishing, 2011) 58
[8]Ibid hal. 59.                                                                                                       

Related Posts:

1 comment: