Thursday, 22 March 2012

SEPUTAR KEHARAMAN (DAGING) BABI dalam ISLAM dan KRISTEN




KRISTOLOGI ANTI PEMURTADAN


Oleh
YAKOBUS ST

SEPUTAR KEHARAMAN (DAGING) BABI

KEHARAMAN (DAGING) BABI

SESUNGGUHNYA

Allah telah dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa daging babi itu haram.

SEBAGAIMANA

Firmannya dalam Alkitab/ Bibel (Perjanjian Lama) sebagai berikut :

• Dan lagi babi, karena seungguhpun kukunya terbelah dua, ia itu bersiratan kukunya, tetapi ia tiada memamah biak, maka haramlah ia kepadamu. Janganlah kamu makan dari pada dagingnya dan jangan pula kamu menjamah bangkainya, maka haramlah ia kepadamu.

(Imanat 11 : 7, 8)

• Dan lagi babi, karena sungguhpun kukunya terbelah dua, tetapi tiada ia memamah biak, maka haramlah ia kepadamu, janganlah kamu makan dagingnya dan jangan menjamah bangkainya.

(Ulangan 14 : 8)


CATATAN

Dalam ayat tersebut bukan hanya keharaman untuk memakan dagingnya saja, tetapi juga diharamkan untuk menjamah bangkainya.


DAN

Yesus dengan tegas juga menyatakan bahwa dia tetap memegang teguh hukum Taurat (bukan / tidak merombaknya).

(Matius 5 : 17, 18 ; Lukas 16 : 17).


BEGITU PULA

Dalam Al Qur’an, Allah juga mengharamkan (daging) babi.

(Al Maidah / 5 : 3).


DENGAN DEMIKIAN

Keharaman (daging) babi memang tetap berlaku sejak masa kenabian Musa AS sampai hari kiamat.

• Karena memang Allah tidak pernah merubah atau menghapus hukum keharaman (daging) babi tersebut.

• Dan sejak Al Qur‘an sampai saat ini pun tidak ada pihak yang protes bahwa umat Islam telah salah menafsirkan ayat pelarangan (daging) babi tersebut.

• Bahkan kalau ada pihak yang berani menyampaikan informasi dengan bukti-bukti bahwa umat Islam telah salah menafsirkan ayat keharaman (daging) babi tersebut, tentunya merupakan hal yang “luar biasa”.

• Dan kalau ternyata masih ada umat yang merasa bebas mengkonsumsi (daging) babi yang diharamkan hanya berdasarkan “katanya” telah ada yang menghalakannya justru merupakan berita yang “lebih luar biasa”.

• Karena masih perlu dikaji kebenaran dari apa yang mereka anggap benar padahal hanya berdasarkan “katanya” (daging) babi telah dihalalkan untuk dimakan.

ADAPUN

Ayat-ayat yang menurut mereka “katanya” semua jenis makanan (termasuk daging babi) telah dihalalkan untuk di makan, pada umumnya berdasarkan :

• Injil Markus 7 : 19.

• Kisah Para Rasul 10 : 15.

• 1 Korintus 10 : 25.



PADAHAL

Berdasarkan fakta dalam ayat-ayat kitab suci Samawi, fakta sejarah kehidupan Yesus dan murid-muridnya, serta pendapat para pakar Alkitab.

• Ternyata berita yang “katanya” Yesus telah menghalalkan (daging) babi dalam Kitab Perjanjian Baru adalah “pemberitaan pendapat yang salah”.

• Yaitu salah dalam menafsirkan arti dan makna yang tersirat dalam suatu ayat.

• Atau memang “sengaja di salah artikan” untuk kepentingan atau tujuan tertentu.



BAHASAN

Kalau kita tinjau dari



FAKTA SEJARAH KEHIDUPAN YESUS

Yesus adalah penganut Yahudi yang kental, bukan hanya terlahir dan dibesarkan sebagai orang Yahudi, tetapi juga tetap sebagai orang Yahudi sepanjang hidupnya.



• Dah Yesus tidak pernah berniat untuk mendirikan suatu agama baru dan tetap sebagai pengemban misi dalam agama Yahudi.



• Maka jangan seenaknya menuduh atau mengatakan bahwa Yesus akan melakukan atau menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan ke Yahudiaannya.

• Begitu pula murid-murid dan pengikut-pengikutnya yang tentunya orang-orang Yahudi yang amat sangat taat kepada Yesus.

• Maka tidak mungkin Yesus mengajarkan atau menganjurkan kepada diri sendiri, para murid dan pengikutnya untuk makan (daging) babi atau menghalalkannya.

• Dan murid-murid serta pengikutnyapun tidak mungkin mengajarkan ajaran yang tidak diajarkan oleh Yesus, termasuk untuk makan (daging) babi atau menghalalkannya.

• Karena bagi mereka, lebih baik mati daripada makan (daging) babi, atau menghalalkannya.



PENDAPAT PARA PAKAR ALKITAB

“Terhadap Injil Markus 7 : 19”.

• “…dengan demikianlah membersihkan segala makanan itu”.



Dalam buku “The New Open Bible : Study Edition” 1990 edisi “Dua Warna”.

• Kalimat penjelasan penyalin, tercetak denga warna hitam dan berada dalam kurung (“Thustle decklear al Food Clean”).

• Berarti kalimat tersebut bukan ucapan Yesus (dicetak dalam warna hitam), dan bukan pula pendapat penulis, tetapi “selipan” penyalin (siapapun orangnya).

• Dan perbuatan tersebut terlihat bukan untuk menjelaskan makna perumpamaan, tetapi justru menyesatkan pembaca ke arah pengertian yang bertentangan dengan hukum Taurat tentang makanan yang di anut oleh Yesus dan para murid serta umatnya.

• Dan pendapat tersebut diperkuat oleh para ulama kristen, seperti : Charson, France, Matyer, dan Wenhan, dalam buku mereka :”New Bible Comentari” halaman 1082 “markus 7 : 19 (Yesus menghalalkan semua makanan), Alkitab VIV sebagaiman Alkitab lainnya, menempatkan dalam kurung, ini berarti penjelasan tentang perkataan Yesus tersebut tidak ada dalam konteks aslinya”.

• Pernyataan jujur tersebut tentunya juga mempunyai dua pengertian.

• Yaitu, cerita panjang dalam rangkaian markus 7 : 19, merupakan ciptaan penulis Injil Markus.

• Atau pernyataan tambahan (yang ada didalam kurung) merupakan sisipan dari penulis atau penyalin Injil Markus, untuk mendukung penghalalan (daging) babi dengan mencatut nama Yesus.



Robert W. Funk

Pakar Alkitab, Sekertaris Eksekutif dan ketua perhimpunan cenikiawan Alkitab dan Direktur Institute Santa Rosa California.

• Yang meneliti fakta tersebut, menjelaskan :

• “Yesus tidak mengucapkan segala sesuatu yang dianggap di ucapkannya dalam naskah-naskah kuno lebih dari 1.500 perbedaan dari lebih 500 ucapan-ucapan yang dianggap diucapkan Yesus. Bagaimana mungkin kita membedakan mana yang benar di ucapkan, dari sekian banyak yang dianggap diucapkannya”.





“Terhadap Kisah Para Rasul 10 : 15”.

• “Barang yang dihalalkan Allah, jangan engkau haramkan”.



Burton L Mark

• Profesor Sejarah asal usul Kristiani. Fakultas Teologi di Claremounth

• Dalam bukunya “Who Wrote the News Testament” hal 229.

• “Pengilhatan Petrus bukan menghalalkan makannan yang haram, tetapi sebagai petunjuk pengijinan orang Yahudi ikut jemaah Yahudi”.



Robert Eisenman

• Direktur study asal usul Yahudi Kristen California State University AS

• Pakar sejarah Yahudi, Kristen, dan naskah Laut Mati dalam bukunya “James the of Yesus : Recovering the true History of Early Christianity”



• “Untuk Kisah Para Rasul 10 menyangkut Petrus yang tidak boleh menolak non Yahudi ikut Jemaah Petrus (Yahudi) (bukan menerjemahkan penglihatan sebagai menghalalkan berbagai jenis binatang) tetapi sebagai peringatan untuk tidak menolak non Yahudi dalam Jemaah Yahudi.



Dr. W. Wordgasque

• Ulama Kristen dan Profesor ilmu Alkitab dari Regent College Vancoufer Kanada.

• Dalam bukunya “The History Christianity”.

• “Ayat ini bukan sebagai menghalalkan makanan yang diharamkan Allah, tetapi tentang Petrus yang hanya berdakwah kepada umat Yahudi di Israel

• yang kemudian di ajar/ di desak untuk juga menerima non Yahudi”.



Robert B Hughes dan J. Carl Laney

• Teolog Kristen, dalam buku mereka : “News Bible Companion” halaman 586.

• “Maksud penglihatan tersebut adalah tidak ada lagi menganak emaskan kelompok etnis atau suku bangsa. Dan memakan semua jenis makanan, merupakan perkembangan bersatunya jemaat tanpa membeda-bedakan suku bangsa dan kelompok masyarakat”.



Bruce

• Dalam bukunya “The Acts of the Apostle”

• Yang membahas khusus Kisah Para Rasul.

• “Berdasarkan pengertian narasi secara luas, penglihatan tersebut adalah manusia (umat non Yahudi) yang hatinya telah disucikan oleh Tuhan dengan beriman”.



“Terhadap 1 Korintus 10 : 25”

• “Maka barang sesuatu yang terjual di pasar daging, makanlah dengan tiada memeriksai sebab perasaan hati”.



Mathew Henri

• Dalam bukunya “Concise Comentary of the Bible”.

• “Bukan menyangkut orang yang tidak makan babi kemudian boleh makan babi, tetapi tidak perlu mempertanyakan apakah daging tersebut berasal dari hewan yang sudah di persembahkan untuk dewa-dewa atau tidak”.



DENGAN DEMIKIAN

Semua itu hanyalah salah dalam cara menafsirkan sebuah ayat, atau memang dengan sengaja disalah tafsirkan, karena



Injil Markus 7 :19

Sebetulnya ayat tersebut termasuk dalam ayat-ayat cerita yang konteksnya bukan masalah makanan atau tidak ada hubungannya dengan makanan.

• Tetapi tentang “Adat istiadat mencuci tangan sebelum makan bagi bangsa Yahudi.

• Dan Yesus memberi perumpamaan yang sederhana dan sebetulnya juga mudah dipahami

• “Makan dengan tangan yang tidak dicuci, tidak menjadikan makanan jadi haram”.



Kisah Para Rasul 10 : 15

• Sesungguhnya “Penglihatan” Petrus terhadap semua binatang yang ada didalam lembaran kain, hanyalah sebagai “tanda ijin” dari Allah bahwa Petrus tidak boleh lagi membedakan antara non Yahudi dengan Yahudi.

• Jadi Petrus telah diijinkan Allah untuk menerima Kornelis (non Yahudi) untuk bergabung (berjamaah) dengan Yahudi.



1 Korintus 10 : 25

• Pada saat itu daging yang dijual di pasar, sebelumnya telah dipersembahkan kepada dewa-dewa mereka (di anggap haram)

• Jadi konteks ceriteranya adalah daging yang telah dipersembahkan kepada dewa-dewa, bukan khusus daging babi.

• Maka mereka sudah diberi kelonggaran untuk tidak menanyakan lagi kepada sipenjual daging, asalkan bukan daging babi.



KESIMPULAN

Berdasarkan dari apa yang telah kita bahas



MAKA

• Sesungguhnya tidak ada satupun ayat dalam kitab-kitab suci Samawi yang menyatakan atau menghalalkan daging babi

• Juga tidak mungkin Yesus, para murid dan pengikutnya sebagai orang Yahudi yang lebih baik mati dari pada makan babi, untuk menghalalkan babi.





DAN

Para pakar Alkitab pun labih banyak sepakat bahwa tidak mungkin Yesus, para murid dan pengikutnya sebagai orang Yahudi menghalalkan babi.



JADI

Ayat-ayat tersebut memang sengaja disalah tafsirkan oleh penyalin Injil maupun pihak Gereja untuk memperoleh pengikut Kristen dari non Yahudi (orang-orang romawi) yang memang gemar makan babi.



DAN

Ternyata orang-orang Kristen sampai sekarang, menganggap bahwa daging babi itu halal.

KARENA

Beranggapan bahwa “katanya” daging babi yang semula diharamkan telah dihalalkan.



CATATAN TAMBAHAN

Kalau kita jeli mencermati cetakan Alkitab/ Bibel dalam bahasa Indonesia.



TERNYATA

• Alkitab/ Bibel cetakan tahun 1968, Kitab Imanat 11 : 7 masih mencantumkan kata “Babi” yang diharamkan.



TETAPI

• Alkitab/ Bibel cetakan tahun 1979 dan 1993 dalam kitab Imanat 11 : 7 sudah berubah menjadi “Babi Hutan”.


JADI

• Manakah yang benar, antara “Babi” dan “Babi hutan”, karena dua kata tersebut berbeda makna

• Sebab di zaman nabi Musa, “babi” apa saja hukumnya haram dimakan.

• Sendangkan bila yang diharamkan itu hanya “babi hutan” berarti “babi piaraan” tidak haram dimakan.

• Dan mungkin saja nantinya akan di rubah menjadi “Babi Mars” agar semua jenis babi yang ada di bumi ini halal dimakan, di zaman Musa sekalipun

( OPO TUMON ? )







“Iman Islam lebih berharga dari harta dunia sekalipun, disisi Allah”



Acuan

1. Alkitab/ Bible (1968).

2. “Kata Yesus tentang Babi” Dr H.S. Munir SKM, MPH.

3. “Dialog santri Pendeta” Masyhud SM.

4. “100 Jawaban untuk misi onaris” KH Abdullah Wasi’an.



Sumber : Catatan Ust. Kodiran Salim

2 comments:

  1. kalau masalah halal atau haram, Allahlah yang lebih tahu..makanya para shahabat Rasulullah saw, tidak membantahnya, tidak seperti orang yahudi - Israel, mereka banyak bertanya, kalau sdh terbukti baru dikerjakan, kl gak jelas, tidak mau dikerjakan..inilah watak orang yg selalu banyak bertanya..kami sebagai seorang muslim tentulah kami lebih tahu dibandingkan dengan anda, walaupun kami tidak meneliti sekalipun, peneliti itu bagi orang kafir sj, yang tidak mau percaya kepada Allah swt, kalau sdh terbukti baru anda percaya, baik di dunia atau di akhirat..kalau anda percaya di dunia dan beriman kpd-Nya anda insya Allah selamat, jika anda percaya di akhirat nanti, justru anda yang terlambat dan anda tidak akan kembali ke dunia lagi untuk mempercaya semua itu..kami sebagai seorang mukmin, kami percaya sepenuhnya tanpa ragu2 tentang keharaman daging babi..jangankan daging babi, daging sapi aj kl dikonsumsi trus meneurus selama 40 hari aj, maka hati kita menjadi keras dan membangkkang..begitu juga, Allah mengharamkan makan daging hewan bertaring, sebab kl kita mengkonsumsinya, jiwa kita akan menjadi buas, bkn hanya di dlamnya terdapat penyakit hewan yg dideritanya..mka itu, walaupun sdh diseteril, akhirnya hati kita menjadi rakus seperti hewan binatang babi babi, begitu juga binatang yg sdh dihalalkan oleh Allah swt, kalau berlebihan maka akhirnya hati kita jadi mati

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin anda kurang paham dengan maksud artikel ini, artikel ini adalah ditujukan untuk kaum kristiani yg telah melanggar aturan-aturan Allah. Sedangkan kewajiban umat islam adalah tetap "sami'na wa atho'na" jika datang berita dari Allah dan Rasul-Nya, begitulah juga yang saya yakini. dan kita tidak boleh ingkar dengan berita dari Allah dan Rasul-Nya sedikitpun.. Wallahu a'lam.

      Delete