Thursday, 25 August 2016

HADIAH TERINDAH UNTUK UMAT MANUSIA


Oleh : Muhammad Danu Kurniadi

Sesungguhnya ada suatu nikmat yang agung, yang Allah ‘Azza Wa Jalla berikan kepada orang-orang yang tertentu saja dan tidak memberikannya kepada selainnya. Nikmat tersebut adalah nikmat hidayah. Betapa banyak orang diluar sana yang hatinya belum tersentuh oleh hidayah, betapa banyak orang-orang yang kita cintai masih belum terketuk pintu hatinya untuk mendapatkan hidayah dari Allah. Itu karena hidayah adalah suatu nikmat yang mahal dan tidak semua orang mendapatkannya.
Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memerintahkan hamba-Nya untuk memohon hidayah minimal 17 kali disetiap rakaat-rakaat shalat wajib kita. Kita memohon kepada Allah ‘Azza Wa Jalla dalam firman-Nya :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ المسْتَقِيْمَ، صِرَطَ الَذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ....
Tunjukanlah kami ke jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang engkau beri nikmat” (QS Al Fatihah 1 : 6-7)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata :
)صِرَطَ الَذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ( بطاعتك وعبادتك
Jalan orang-orang yang engkau beri nikmat dengan ketaatan dan beribadah kepadamu” (Tafsir Ibnu Katsir 1/40)
Sesungguhnya hidayah kepada jalan yang lurus adalah sebuah nikmat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sangat agung. Ketika Allah mengisahkan kisah penduduk surga saat mereka pertama kali masuk ke dalamnya, mereka akan bersyukur kepada Allah atas nikmat hidayah yang telah Allah berikan kepada mereka di dunia
وقالوا الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله
Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk......”.” (QS. Al A’raf 7 :43)
Ini semua menunjukkan betapa agungnya nikmat hidayah tersebut yang hendaknya kita syukuri.
            Akan tetapi hidayah tersebut datang kepada umat manusia melalui perantara, perantara manusia yang agung, yang terhormat dan penghulu seluruh anak Adam, beliau adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah hadiah terindah yang Allah berikan kepada orang-orang mukmin, yang dimana dengan perantara beliau kita bisa mendapatkan hidayah dari Allah Ta’ala sebagai modal untuk kita memasuki surga-Nya. Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum itu mereka dalam kesesatan yang nyata”. (QS Ali Imron 3 : 164)
            Bahkan diutusnya beliau ini tidaklah hanya karunia bagi orang-orang yang beriman saja, namun juga sebagai rahmat bagi semesta alam. Allah berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad, kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-Anbiya 21 : 107)
            Oleh karena itu, setelah Allah memberikan kepada kita hadiah yang terindah berupa diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita jangan sampai kita menyia-nyiakan nikmat tersebut atau bahkan mengkufuri nikmat tersebut.
            Di antara cara untuk mensyukuri nikmat yang Allah berikan berupa diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagaimana kandungan makna dari syahadat kita “Asyhadu anna muhammad rasulullah” aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menjelaskan makna syahadat kepada nabi dalam kitab beliau “Al-Ushul Ats-Tsalatsah”
ومعنى شهادة أن محمدا رسول الله : طاعته فيما أمر وتصديقه في أخبر واجتناب ما نهى عنه وزجر وألا يعبد الله إلا بما شرع
Dan makna syahadat aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah utusan Allah adalah mentaati apa-apa yang beliau perintahkan, membenarkan apa yang beliau kabarkan, menjauhi apa yang beliau larang, dan tidak menyembah Allah melainkan dengan apa yang beliau syariatkan dari Allah”.
            Itulah wujud rasa syukur kita kepada Allah Subhananhu Wa Ta’ala atas anugerah diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita semua. Yaitu dengan mentaati beliau dan menjauhi apa yang beliau larang. Allah menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya :
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah”. (QS Al Hasyr 59 : 7)
Begitu juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda sebagaimana ayat tadi di hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyalllahu ‘anhu :
ما أمرتكم به فخذوه، وما نهيتكم عنه فانتهوا
Apa yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah, dan apa yang aku larang kalian darinya maka tinggalkanlah” (HR. Ibnu Majah)
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو راد
Barang siapa yang membuat perkara baru di dalam agama ini, yang tidak ada contoh darinya maka perkara tersebut tertolak”. (HR. Bukhori no. 2697 dan Muslim no. 1718)
            Allah memberikan manusia hidayah melalui perantara Rasulullah shallallahu ‘aiaihi wasalla dan cara untuk mensyukuri nikmat diutusnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dengan mengerjakan apa yang beliau perintahkan dan menjauhi hal-hal yang beliau larang. Akan tetapi kita tidak akan mengetahui perintah dan larangan nabi kecuali dengan menuntut ilmu. Oleh karena itu beliau ‘alaihis sholatu wasallam mewajibkan bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu  dalam sabdanya :
طلب العلم فريضة على كل مسلم
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dan dihasankan al-Albani dalam al-Misykat no. 218)
Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu syar’i bukan ilmu-ilmu dunia. Imam Al-Auza’i menjelaskan pengertian ilmu
العلم ما جاء عن أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم وما لم يجئ عن واحد منهم فليس بعلم
Ilmu adalah apa yang datang dari para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan apa-apa yang datang dari selain mereka maka itu bukanlah ilmu” 

Menuntut ilmu adalah salah satu cara untuk mensyukuri karunia dan nikmat Allah tersebut. Jangan sampai kita menjadi orang yang mengkufuri karunia diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan cara enggan untuk menuntut ilmu dan enggan untuk mengamalkan perintah nabi serta menjauhi larangannya. Wallahu Ta’ala A’lam.

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment