Oleh : Muhammad Danu Kurniadi
Sesungguhnya ada suatu nikmat yang agung, yang Allah ‘Azza Wa
Jalla berikan kepada orang-orang yang tertentu saja dan tidak memberikannya
kepada selainnya. Nikmat tersebut adalah nikmat hidayah. Betapa banyak orang diluar
sana yang hatinya belum tersentuh oleh hidayah, betapa banyak orang-orang yang
kita cintai masih belum terketuk pintu hatinya untuk mendapatkan hidayah dari
Allah. Itu karena hidayah adalah suatu nikmat yang mahal dan tidak semua orang
mendapatkannya.
Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa
memerintahkan hamba-Nya untuk memohon hidayah minimal 17 kali disetiap
rakaat-rakaat shalat wajib kita. Kita memohon kepada Allah ‘Azza Wa Jalla
dalam firman-Nya :
اهْدِنَا
الصِّرَاطَ المسْتَقِيْمَ، صِرَطَ الَذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ....
“Tunjukanlah kami ke jalan yang lurus.
Jalan orang-orang yang engkau beri nikmat” (QS Al Fatihah 1 : 6-7)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata :
)صِرَطَ
الَذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ( بطاعتك وعبادتك
“Jalan orang-orang yang engkau beri
nikmat dengan ketaatan dan beribadah kepadamu” (Tafsir Ibnu Katsir 1/40)
Sesungguhnya hidayah kepada jalan yang lurus adalah sebuah nikmat
dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sangat agung. Ketika Allah
mengisahkan kisah penduduk surga saat mereka pertama kali masuk ke dalamnya,
mereka akan bersyukur kepada Allah atas nikmat hidayah yang telah Allah berikan
kepada mereka di dunia
وقالوا الحمد لله
الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله
“Dan mereka berkata,
“Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami
petunjuk......”.” (QS. Al A’raf 7 :43)
Ini semua menunjukkan betapa agungnya nikmat hidayah tersebut yang
hendaknya kita syukuri.
Akan tetapi
hidayah tersebut datang kepada umat manusia melalui perantara, perantara
manusia yang agung, yang terhormat dan penghulu seluruh anak Adam, beliau
adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah hadiah
terindah yang Allah berikan kepada orang-orang mukmin, yang dimana dengan
perantara beliau kita bisa mendapatkan hidayah dari Allah Ta’ala sebagai
modal untuk kita memasuki surga-Nya. Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman
:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو
عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus
diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum itu mereka dalam
kesesatan yang nyata”. (QS Ali Imron
3 : 164)
Bahkan diutusnya
beliau ini tidaklah hanya karunia bagi orang-orang yang beriman saja, namun
juga sebagai rahmat bagi semesta alam. Allah berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ
إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan
tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad, kecuali sebagai rahmat bagi semesta
alam”. (QS. Al-Anbiya 21 : 107)
Oleh karena itu,
setelah Allah memberikan kepada kita hadiah yang terindah berupa diutusnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita jangan sampai kita
menyia-nyiakan nikmat tersebut atau bahkan mengkufuri nikmat tersebut.
Di antara cara
untuk mensyukuri nikmat yang Allah berikan berupa diutusnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam adalah sebagaimana kandungan makna dari syahadat kita
“Asyhadu anna muhammad rasulullah” aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menjelaskan makna syahadat kepada nabi
dalam kitab beliau “Al-Ushul Ats-Tsalatsah”
ومعنى شهادة أن محمدا
رسول الله : طاعته فيما أمر وتصديقه في أخبر واجتناب ما نهى عنه وزجر وألا يعبد
الله إلا بما شرع
“Dan makna syahadat
aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah utusan Allah adalah mentaati apa-apa
yang beliau perintahkan, membenarkan apa yang beliau kabarkan, menjauhi apa
yang beliau larang, dan tidak menyembah Allah melainkan dengan apa yang beliau
syariatkan dari Allah”.
Itulah wujud rasa
syukur kita kepada Allah Subhananhu Wa Ta’ala atas anugerah diutusnya
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita semua. Yaitu
dengan mentaati beliau dan menjauhi apa yang beliau larang. Allah menegaskan
hal tersebut dalam firman-Nya :
وَمَا
آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah”.
(QS Al Hasyr 59 : 7)
Begitu juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah bersabda sebagaimana ayat tadi di hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah radhiyalllahu ‘anhu :
ما
أمرتكم به فخذوه، وما نهيتكم عنه فانتهوا
“Apa yang aku perintahkan
kepada kalian maka kerjakanlah, dan apa yang aku larang kalian darinya maka
tinggalkanlah” (HR. Ibnu Majah)
من أحدث في أمرنا هذا
ما ليس منه فهو راد
“Barang siapa yang
membuat perkara baru di dalam agama ini, yang tidak ada contoh darinya maka perkara
tersebut tertolak”. (HR. Bukhori no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Allah memberikan
manusia hidayah melalui perantara Rasulullah shallallahu ‘aiaihi wasalla
dan cara untuk mensyukuri nikmat diutusnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah dengan mengerjakan apa yang beliau perintahkan dan menjauhi
hal-hal yang beliau larang. Akan tetapi kita tidak akan mengetahui perintah dan
larangan nabi kecuali dengan menuntut ilmu. Oleh karena itu beliau ‘alaihis
sholatu wasallam mewajibkan bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu dalam sabdanya :
طلب
العلم فريضة على كل مسلم
“Menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dan dihasankan al-Albani
dalam al-Misykat no. 218)
Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu syar’i bukan ilmu-ilmu dunia.
Imam Al-Auza’i menjelaskan pengertian ilmu
العلم ما جاء عن
أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم وما لم يجئ عن واحد منهم فليس بعلم
“Ilmu adalah apa yang
datang dari para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan apa-apa
yang datang dari selain mereka maka itu bukanlah ilmu”
Menuntut ilmu adalah salah satu cara untuk mensyukuri karunia dan
nikmat Allah tersebut. Jangan sampai kita menjadi orang yang mengkufuri karunia
diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan cara enggan
untuk menuntut ilmu dan enggan untuk mengamalkan perintah nabi serta menjauhi
larangannya. Wallahu Ta’ala A’lam.
0 komentar:
Post a Comment