KISAH TAUBAT
kitab At-Ta’ibun, Nabil al-‘Audhi
Seorang pemuda tengah berdiri di tepi jalan bersama seorang wanita muda. Dalam keadaan demikian datanglah seseorang menasihatinya maka segera berlalulah wanita muda itu. Orang yang menasihati itu mengingatkan pemuda tentang kematian, kedatangannya yang tiba-tiba dan hari Kiamat serta kedahsyatannya … maka tiba-tiba dia menangis.
Da’i itu bercerita: Maka tatkala aku telah selesai berbicara dengannya, aku meminta nomor telponnya dan aku berikan nomor telponku kemudian kami berpisah.
Setelah dua pekan berlalu, aku membuka buku telponku dan mendapati nomornya. Maka segera kuhubungi di pagi hari.
Aku memberi salam dan bertanya kepadanya, “Wahai fulan, apakah engkau masih mengenalku?”
Maka dia menjawab, “Bagaimana aku tidak mengenal suara orang yang menjadi sebab datangnya hidayah bagiku…”
Maka aku katakan, “Segala puji bagi Allah, bagaimana keadaanmu?”
Dia menjawab, “Semenjak kejadian itu, saya dalam keadaan baik dan bahagia … saya shalat dan berdzikir kepada Allah Ta’ala …”
Aku berkata, “Wajib bagiku untuk mengunjungimu hari ini, aku akan datang setelah ashar.
Dia menjawab, “Hayyakallah”
Ketika telah tiba waktu janji itu, datanglah beberapa tamu kepadaku, sehingga aku harus mengakhirkan janji itu sampai malam. Tapi aku katakan kepada diriku, aku harus mengunjunginya ….
Aku mengetuk pintu. Keluarlah kepadaku seorang yang sudah tua, maka aku bertanya, “Di manakah fulan?”
Dia balik bertanya, “Siapa yang engkau cari?”
Aku menjawab, “Fulan …”
Dia bertanya lagi, “Siapa?!
Aku jawab, “Fulan”
Dia berkata, “Engkau terlambat. Kami telah menguburnya di pekuburan”
Aku katakan, “Tidak mungkin. Aku berbincang-bincang dengannya pagi hari ini”
Dia bercerita, “Dia shalat Zhuhur kemudian tidur dan mengatakan, “Tolong bangunkan aku untuk shalat Ashar …”. Maka kami datang untuk membangunkannya. Ternyata ruhnya telah diambil oleh Penciptanya”
Maka akupun menangis.
Dia bertanya, “Siapakah anda?”
Aku menjawab, “Aku berkenalan dengan anak anda 2 pekan yang lalu”.
Dia berkata, “Andalah orang yang berbicara dengannya (menasihatinya) … Izinkan aku mencium kepalamu … biarkanlah aku mencium kepala orang yang telah menyelamatkan anakku dari neraka (insya Allah) ….”
Maka dia mencium kepalaku.
Sumber : Majalah Qiblati
0 komentar:
Post a Comment