Thursday, 14 March 2013

SEORANG ANAK DAN PERSEGI


Foto: SEORANG ANAK DAN PERSEGI

Di suatu senja hari, duduklah seorang ibu yang sedang membantu anak-anaknya mengulang-ulang pelajaran mereka. Sang ibu memberi putra kecilnya yang berusia 4 tahun sebuah buku gambar agar tidak mengganggunya dalam memberikan keterangan terhadap pelajaran saudara-saudaranya yang lain.

Tiba-tiba sang ibu teringat bahwa dia belum menghadirkan makan malam untuk ayah suaminya, seorang yang sudah lanjut, dan hidup bersama mereka di sebuah kamar diluar bangunan rumah, yaitu di pelataran rumah. Adalah sang ibu melayaninya sesuai dengan kemampuannya, dan sang suami ridha dengan pelayanannya terhadap ayahnya yang tidak meninggalkan kamarnya karena kelemahan kesehatannya.

Sang ibupun cepat-cepat memberi sang kakek makanan. Dan bertanya kepadanya, apakah sang kakek membutuhkan pelayanan lain, lalu dia pergi meninggalkannya.
Saat dia kembali kepada tempatnya bersama dengan putra-putranya, dia memperhatikan bahwa anak bungsunya tengah menggambar lingkaran dan persegi. Dan meletakkan didalam lingkaran dan persegi tersebut symbol-simbol. Maka sang ibupun bertanya: Apa yang kamu gambar?

Dia menjawab dengan penuh kecerdasan: “Sesungguhnya aku tengah menggambar rumahku yang nanti aku akan tinggal didalamnya saat aku dewasa dan menikah.”

Jawaban sang anak menggembirakan sang ibu. Lalu sang ibu bertanya: “Dimana engkau akan tidur?” 
Sang anakpun memperlihatkan kepada sang ibu setiap persegi dan berkata: “Ini adalah kamar tidur… ini dapur… ini ruang tamu..” Dia menghitung-hitung apa saja yang dia ketahui dari ruang-ruang di rumah.

Lantas dia meninggalkan satu kotak persegi yang sendirian diluar daerah yang telah dia gambar yang mencakup keseluruhan kamar.
Sang ibupun terheran, dan berkata: “Lalu mengapa kamar ini ada di luar rumah? 
Terpisah dari kamar-kamar yang lain?
Sang anak menjawab: “Kamar tersebut untuk ibu, aku akan meletakkan ibu disana, ibu akan hidup disana sendirian sebagaimana kakekku yang sudah tua.”

Sang ibupun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh putranya!!!

“Apakah aku akan sendirian di luar rumah di pelataran rumah tanpa bisa bersenang-senang dengan berbicara bersama putraku dan anak-anaknya? 
Aku tidak bisa berbahagia dengan ucapan-ucapan mereka, kebahagiaan mereka, dan permainan mereka saat aku lemah dari bergerak? 
Siapa yang aku ajak bicara saat itu? 
Apakah aku akan menghabiskan sisa umurku sendirian diantara empat dinding tanpa bisa mendengar suara anggota keluargaku??

Maka sang ibupun cepat-cepat memanggil pembantu, kemudian dengan cepat memindah perabotan ruang tamu yang biasanya adalah merupakan ruang yang paling baik, kemudian menghadirkan ranjang ayah suaminya, lalu memindah perabotan ruang tamu kedalam kamar sang kakek di pelataran rumah.

Disaat sang suami pulang, dia terperanjat dengan apa yang dia lihat, dan takjub, lalu bertanya apa penyebab perubahan ini?

Sang istri menjawab dengan air mata yang berlinangan di kedua matanya: “Sesungguhnya aku memilih ruang yang paling indah untuk kita hidup didalamnya jika Allah memberikan kepada kita umur sampai usia lanjut yang lemah untuk bergerak. Dan biarlah tamu berada di ruang luar di pelataran rumah.”

Sang suamipun faham apa yang dimaksud oleh sang istri, lalu memuji perbuatannya kepada ayahnya yang tengah melihat kepada mereka dengan senyuman dan pandangan mata keridhaan.Di suatu senja hari, duduklah seorang ibu yang sedang membantu anak-anaknya mengulang-ulang pelajaran mereka. Sang ibu memberi putra kecilnya yang berusia 4 tahun sebuah buku gambar agar tidak mengganggunya dalam memberikan keterangan terhadap pelajaran saudara-saudaranya yang lain.

Tiba-tiba sang ibu teringat bahwa dia belum menghadirkan makan malam untuk ayah suaminya, seorang yang sudah lanjut, dan hidup bersama mereka di sebuah kamar diluar bangunan rumah, yaitu di pelataran rumah. Adalah sang ibu melayaninya sesuai dengan kemampuannya, dan sang suami ridha dengan pelayanannya terhadap ayahnya yang tidak meninggalkan kamarnya karena kelemahan kesehatannya.

Sang ibupun cepat-cepat memberi sang kakek makanan. Dan bertanya kepadanya, apakah sang kakek membutuhkan pelayanan lain, lalu dia pergi meninggalkannya.
Saat dia kembali kepada tempatnya bersama dengan putra-putranya, dia memperhatikan bahwa anak bungsunya tengah menggambar lingkaran dan persegi. Dan meletakkan didalam lingkaran dan persegi tersebut symbol-simbol. Maka sang ibupun bertanya: Apa yang kamu gambar?

Dia menjawab dengan penuh kecerdasan: “Sesungguhnya aku tengah menggambar rumahku yang nanti aku akan tinggal didalamnya saat aku dewasa dan menikah.”

Jawaban sang anak menggembirakan sang ibu. Lalu sang ibu bertanya: “Dimana engkau akan tidur?”
Sang anakpun memperlihatkan kepada sang ibu setiap persegi dan berkata: “Ini adalah kamar tidur… ini dapur… ini ruang tamu..” Dia menghitung-hitung apa saja yang dia ketahui dari ruang-ruang di rumah.

Lantas dia meninggalkan satu kotak persegi yang sendirian diluar daerah yang telah dia gambar yang mencakup keseluruhan kamar.
Sang ibupun terheran, dan berkata: “Lalu mengapa kamar ini ada di luar rumah?
Terpisah dari kamar-kamar yang lain?
Sang anak menjawab: “Kamar tersebut untuk ibu, aku akan meletakkan ibu disana, ibu akan hidup disana sendirian sebagaimana kakekku yang sudah tua.”

Sang ibupun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh putranya!!!

“Apakah aku akan sendirian di luar rumah di pelataran rumah tanpa bisa bersenang-senang dengan berbicara bersama putraku dan anak-anaknya?
Aku tidak bisa berbahagia dengan ucapan-ucapan mereka, kebahagiaan mereka, dan permainan mereka saat aku lemah dari bergerak?
Siapa yang aku ajak bicara saat itu?
Apakah aku akan menghabiskan sisa umurku sendirian diantara empat dinding tanpa bisa mendengar suara anggota keluargaku??

Maka sang ibupun cepat-cepat memanggil pembantu, kemudian dengan cepat memindah perabotan ruang tamu yang biasanya adalah merupakan ruang yang paling baik, kemudian menghadirkan ranjang ayah suaminya, lalu memindah perabotan ruang tamu kedalam kamar sang kakek di pelataran rumah.

Disaat sang suami pulang, dia terperanjat dengan apa yang dia lihat, dan takjub, lalu bertanya apa penyebab perubahan ini?

Sang istri menjawab dengan air mata yang berlinangan di kedua matanya: “Sesungguhnya aku memilih ruang yang paling indah untuk kita hidup didalamnya jika Allah memberikan kepada kita umur sampai usia lanjut yang lemah untuk bergerak. Dan biarlah tamu berada di ruang luar di pelataran rumah.”

Sang suamipun faham apa yang dimaksud oleh sang istri, lalu memuji perbuatannya kepada ayahnya yang tengah melihat kepada mereka dengan senyuman dan pandangan mata keridhaan.
 
 
 
 
 
Sumber : Majalah Qiblati

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment