Assalaamu 'alaikum Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh...
Sungguh saat melihatmu berada di tempat ini saya benar-benar merasa
sakit, kamu bekerja di tengah laki-laki, dan yang menyebabkan saya
merasa sakit bahwa ikhtilath (bergabung laki-laki dan wanita) ini sangat
berbahaya bagimu, agama dan akhlakmu…
Janganlah engkau segera berpaling dari nasehatku, dan mengira bahwa
saya terlalu berlebihan dalam merasa sakit. Maka sesungguhnya bersamaku
ada dalil-dalil yang merupakan penjelasan memuaskan bagi ucapan saya.
Ingatlah, sesungguhnya tidak ada ikatan yang mengikat aku denganmu
selain ikatan Islam. Saya tidak memperoleh apapun dari keuntungan
duniawi dari kata-kata yang saya goreskan kepadamu dengan huruf-huruf
yang keluar dari hati saya, bahkan sesungguhnya ia menghabiskan waktu
dan energi serta pikiran saya. Saya berharap anda bisa menghargai
pendirian saya terhadapmu. Renungkanlah apa saja yang saya ucapkan
beberapa kali, dan anda akan mendapatkan di dalamnya sebuah nasehat yang
tulus untukmu.
Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah.....
Sesungguhnya wanita terzalimi dalam ikhtilathnya dengan laki-laki
tanpa disertai mahramnya, karena sesungguhnya umunya pandangan lakilaki
kepadanya tidak terlepas dari pandangan syahwat, dan siapa yang mengira
tidak demikian maka dia tidak berkata jujur.
Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan pada diri laki-laki
kecenderungan yang kuat kepada wanita dan menciptakan pada diri wanita
kecenderungan kuat kepada laki-laki disertai kelembutan dan kelemahan.
Dari sana, maka kedekatan di antara keduanya di luar batas yang
disyari'atkan, ia sangat berbahaya. Syetan menggoyangkan tabiat dalam
kondisi ini. Dan biasanya yang menanggung kerugian dalam masalah ini
adalah wanita, karena laki-laki tidak memikul dampak negatif problem ini
sebagaimana wanita.
Ikhtilath terkadang bisa membawa kepada tersobeknya kehormatan dan
dampak negatifnya seperti hamil, karena inilah syari'at mengharamkannya,
dan dalil-dalil dalam masalah ini sangat banyak, saya akan menyebutkan
sebagian darinya:
Firman Allah Azza Wa Jalla :
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا
فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
يَصْنَعُونَ
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : " Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat". ( QS An Nuur : 30 )
Allah subhanahu wa ta’ala menyuruh laki-laki menahan pandangannya
dari wanita, maka apabila wanita bekerja di samping laki-laki, bagaimana
mungkin ia bisa menahan pandangannya ?
Semua tubuh wanita adalah aurat, sebagaimana yang disebutkan dalam
atsar maka tidak boleh memandang kepadanya dan Rasulullah shalallahu
alaihi wa salam bersabda :
يَا عَلِيُّ لَا تُتْبِعْ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الْأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الْآخِرَةُ
"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan pertama kepada
pandangan kedua, maka sesungguhnya bagimu yang pertama dan bukan untukmu
yang kedua. "( HR Imam At Tirmidzi )
Maka pandangan kebentulah (tidak disengaja) dimaafkan, yaitu
pandangan pertama. Berbeda dengan yang kedua, maka sesungguhnya ia
diharamkan, karena dilakukan dengan kesengajaan. Disebutkan dalam hadits
: "Zina kedua mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah
mendengar, zina lisan adalah berkata, zina tangan adalah melangkah, dan
zina kaki adalah melangkah." ( HR Imam Muslim )
Memandang adalah zina karena ia menikmati pandangan kepada keindahan
wanita dan hal itu membawa kepada bergantungnya hati dengannya, dan dari
sana terjadilah perbuatan keji. Dan tidak diragukan lagi bahwa
memandang sangat terjadi dalam bergabung dua lawan jenis.
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda :
"Aku tidak meninggalkan satu fitnah sesudahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain dari wanita." ( HR Imam Bukhari )
Beliau menggambarkan wanita sebagai fitnah bagi laki-laki, maka
bagaimanakah digabungkan di antara yang menfitnah (wanita) dan yang
terfitnah (laki-laki) berada dalam satu tempat.
Sesungguhnya tatkala Rasulullah shalallahu alaihi wa salam membangun
masjid, beliau menjadikan pintu khusus untuk wanita dan bersabda : “
Jikalau kita membiarkan pintu ini untuk wanita." ( HR Imam Abu Daud )
Maka Umar radhiallahu anhu melarang masuk dari pintu wanita. Maka
apabila ada larangan bercampur dalam pintu maka hal dilarang dalam
kantor tentu lebih utama.
Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menyuruh wanita agar
berjalan di tepi jalan, jangan di tengahnya hingga tidak bercampur
dengan laki-laki. Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam apabila
mengucap salam dari shalatnya, beliau tetap berada di tempatnya
menghadap kiblat dan jamaah laki-laki yang bersamanya hingga para wanita
berpaling dan masuk ke rumah mereka, kemudian beliau berpaling (pulang)
dan berpaling orang-orang yang bersamanya, sehingga pandangan laki-laki
tidak tertuju kepada mereka.
Semua nash ini dan dalil-dalil lainnya menjelaskan haramnya ikhtilath
dan haram wanita bekerja di samping laki-laki, dan semua ulama sepakat
atas hal ini, tanpa ada perbedaan pendapat.
Sesungguhnya wanita disuruh agar selalu berada di dalam rumah, apakah
kamu mengetahui hal itu ? ...sehingga ia tidak menjadi sasaran
pandangan laki-laki dan ikhtilath dengan mereka…
Sudah diketahui bahwa terkoyaknya kehormatan, hancurnya rumah tangga,
dan hilangnya masa depan remaja putri secara khusus adalah akibat dari
ikhtilath…
Dan jika engkau ingin mengetahui hakikat ikhtilath dan pengaruhnya
maka bacalah problem ikhtilath di Barat, sehingga mulai ada ajakan untuk
meninggalkan ikhtilath dalam belajar. Maka didirikannya beberapa
universitas dan sekolah yang berdiri di atas pemisahan di antara dua
lawan jenis di Amerika dan yang lainnya. Mereka tidaklah melakukan hal
itu kecuali setelah merasakan pahit dan pedihnya karena banyaknya
kerusakan akhlak. Bukankah kita harus mengambil pelajaran dari realita
ini ?
Bukan suatu kesalahan besar bahwa kita – kaum muslimin – mengulangi
kesalahan yang telah terjadi di Barat, sedangkan mereka sekarang
mengharapkan bisa berlepas diri darinya.
Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah.....
Engkau adalah yang paling berharga di sisi kami, engkau adalah
saudari, putri, istri dan ibu…sudah menjadi keharusan bahwa engkau
menjadi pembantu bagi kami untuk menjagamu dari bahaya…
Engkau adalah separo masyarakat dan engkau melahirkan yang lain.
Engkaulah yang kami harapkan bisa mengeluarkan generasi yang membimbing
umat…Namun bagaimana mungkin hal itu terjadi bagimu apabila engkau pergi
berlari meninggalkan rumah, meninggalkan tugas rumah, mendidik generasi
baru dan tugas keibuan, dan jadilah engkau bersama laki-laki dalam
bekerja ?
Ketahuilah – semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberi rahmat kepadamu
-, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah menyuruhmu berdiam diri di
dalam rumah kecuali karena saying kepadamu :
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (QS Al Ahzab :
33 )
Karena apabila engkau keluar niscaya laki-laki sangat bernafsu
terhadapmu, dan jika engkau ingin memastikan apa yang saya katakan maka
bacalah kitab yang berjudul: Amalul Mar`ti fil Mizaan" (Pekerjaan wanita
dalam timbangan) karya DR. Muhammad Ali Al Baar dan engkau akan
menemukan di dalamnya kebenaran yang nyata dengan nomor dan cerita yang
memastikan bahaya wanita meninggalkan rumahnya dan bercampurnya bersama
laki-laki.
Ambillah pelajaran kondisi wanita di Barat: sesungguhnya ia mengeluh
perbuatan zalim dari laki-laki, ia mengadukan tindakan pelecehan sex di
setiap tempat. Ia tidak bisa berlari dari realita, karena ia harus
bekerja dan jika tidak ia akan mati kelaparan. Maka ia berada dalam
penderitaan yang tidak berkesudahan..
Adapun engkau, sungguh Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikanmu
kemuliaan dengan Islam yang mewajibkan kepada bapak, suami, saudara, dan
anak agar berusaha untuk memberikan nafkah untukmu, dan Allah subhanahu
wa ta’ala tidak pernah menyuruhmu bekerja. Ini adalah harta ghanimah
yang datang kepadamu tanpa susah payah mendapatkannya. Engkau menetap di
dalam rumah seperti ratu, selain engkau bekerja untukmu. Bukanlah ini
merupakan nikmat yang besar.
Maka janganlah engkau terperdaya dengan dunia dan hiasan syetan
untuknya agar keluar bekerja. Maka jika engkau ingin dekat dengan Ar
Rahman maka menetaplah di dalam rumah. Rasulullah shalallahu alaihi wa
salam bersabda : " Perempuan adalah aurat, maka apabila ia keluar
niscaya syetan menghiasinya, dan yang paling dekat dari Wajah Rabb-nya
saat dia berada di dalam rumahnya." ( HR Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu
Hibban ).
Dan ketahuilah wahai saudariku, sesungguhnya yang paling berharga
pada dirimu adalah iman dan iffahmu, dan ia terancam akan terkoyak
apabila engkau ikhtilath dengan laki-laki. Maka berjauhlah dari mereka
dan jangan engkau mendekatkan diri dari mereka kecuali mahram atau
suami. Dan ketahuilah, sesungguhnya engkau berada di bawah naungan hijab
dan menetap di dalam rumah niscaya engkau mendapatkan suami yang
terbaik akhlak dan ghirah. Dan apabila engkau tetap dalam pekerjaan yang
ikhtilath ini niscaya engkau tidak akan mendapatkan laki-laki yang
baik.
Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah.....
Jangan engkau mengatakan 'Saya bisa menjaga diri, sekalipun berada di
antara laki-laki…' Maka sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak
menyuruh menundukkan pandangan dan berpisah di antara laki-laki dan
wanita kecuali Dia subhanahu wa ta’ala mengetahui bahwa dorongan sex
adalah kekuatan yang menghanyutkan.
Seorang muslim disuruh menjauhkan diri dari tempat-tempat fitnah dan
ia tidak menjerumuskan dirinya kepada kebinasaan. Apabila seorang
manusia kelaparan, ia tidak mampu menahan diri dari makanan, demikian
pula apabila ia kelaparan secara sex. Dalam kondisi bagaimanapun,
apabila sudah jelas haramnya ikhtilath, maka sesungguhnya haram bagi
wanita dan laki-laki bekerja berdampingan, sekalipun keduanya menjaga
diri.
Dan tidak menjadi ukuran dengan tidak adanya nafsu syahwat atau
kemampuan wanita menjaga dirinya...dan jika engkau –wahai saudari yang
mulia- membutuhkan pekerjaan maka hendaklah pekerjaan itu jauh dari
laki-laki.
Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah.....
Saya tidak tahu, apakah kata-kata saya sampai ke sudut hatimu ? Dan
apakah ia bisa menembuh selaput luar jantungnya ? Saya mengharapkan hal
itu dari hatiku. Dan aku berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan
doa yang sangat agar Dia subhanahu wa ta’ala menjagamu dari tipu daya
orang-orang yang menipu, orang-orang yang merencakan untuk melemparmu ke
dalam lumpur kehinaan. Dan mereka sangat senang saat bisa mewujudkan
hal itu darimu, saat engkau meninggalkan rumah dan berada di
tengah-tengah laki-laki.
Karena mereka mengetahui bahwa engkau adalah pendidik generasi
mendatang. Maka apabila engkau sudah rusak niscaya rusaklah generasi
penerus, dan umat menjadi mangsa bagi musuh-musuhnya. Saya berharap kamu
bisa memahami persoalan penting ini dengan sebenarnya dan memahami
kadar bahaya yang engkau berada di dalamnya.
Dan apabila engkau tidak menerima ucapan saya –dan saya tidak mengira
hal itu darimu- maka saya akan berdoa malam dan siang hari, dan saya
tidak akan pernah bosan berdoa untukmu. Engkau adalah saudariku dalam
kondisi apapun. Percayalah bahwa suatu hari nanti engkau akan kembali
kepada petunjukmu, dan percayalah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak
akan menyia-nyiakan percuma usahaku bersamamu.
Dan tidak adalah taufiqku kecuali dengan pertolongan Allah subhanahu
wa ta’ala. Dan saya sangat berharap agar engkau mengulang kembali
membaca nasehat ini beberapa kali, dari waktu hingga waktu yang lain.
Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah....
Sumber : Catatan Ust. Abu Hashif Wahyudin Al-Bimawi
0 komentar:
Post a Comment