Thursday, 14 March 2013

SURAT TERBUKA UNTUK WANITA YANG BEKERJA BERSAMA LAKI-LAKI

Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah.....

Assalaamu 'alaikum Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh...


Sungguh saat melihatmu berada di tempat ini saya benar-benar merasa sakit, kamu bekerja di tengah laki-laki, dan yang menyebabkan saya merasa sakit bahwa ikhtilath (bergabung laki-laki dan wanita) ini sangat berbahaya bagimu, agama dan akhlakmu…

Janganlah engkau segera berpaling dari nasehatku, dan mengira bahwa saya terlalu berlebihan dalam merasa sakit. Maka sesungguhnya bersamaku ada dalil-dalil yang merupakan penjelasan memuaskan bagi ucapan saya.

Ingatlah, sesungguhnya tidak ada ikatan yang mengikat aku denganmu selain ikatan Islam. Saya tidak memperoleh apapun dari keuntungan duniawi dari kata-kata yang saya goreskan kepadamu dengan huruf-huruf yang keluar dari hati saya, bahkan sesungguhnya ia menghabiskan waktu dan energi serta pikiran saya. Saya berharap anda bisa menghargai pendirian saya terhadapmu. Renungkanlah apa saja yang saya ucapkan beberapa kali, dan anda akan mendapatkan di dalamnya sebuah nasehat yang tulus untukmu.


Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah.....

Sesungguhnya wanita terzalimi dalam ikhtilathnya dengan laki-laki tanpa disertai mahramnya, karena sesungguhnya umunya pandangan lakilaki kepadanya tidak terlepas dari pandangan syahwat, dan siapa yang mengira tidak demikian maka dia tidak berkata jujur.

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan pada diri laki-laki kecenderungan yang kuat kepada wanita dan menciptakan pada diri wanita kecenderungan kuat kepada laki-laki disertai kelembutan dan kelemahan. Dari sana, maka kedekatan di antara keduanya di luar batas yang disyari'atkan, ia sangat berbahaya. Syetan menggoyangkan tabiat dalam kondisi ini. Dan biasanya yang menanggung kerugian dalam masalah ini adalah wanita, karena laki-laki tidak memikul dampak negatif problem ini sebagaimana wanita.

Ikhtilath terkadang bisa membawa kepada tersobeknya kehormatan dan dampak negatifnya seperti hamil, karena inilah syari'at mengharamkannya, dan dalil-dalil dalam masalah ini sangat banyak, saya akan menyebutkan sebagian darinya:

Firman Allah Azza Wa Jalla :

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : " Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". ( QS An Nuur : 30 )

Allah subhanahu wa ta’ala menyuruh laki-laki menahan pandangannya dari wanita, maka apabila wanita bekerja di samping laki-laki, bagaimana mungkin ia bisa menahan pandangannya ?

Semua tubuh wanita adalah aurat, sebagaimana yang disebutkan dalam atsar maka tidak boleh memandang kepadanya dan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda :

يَا عَلِيُّ لَا تُتْبِعْ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الْأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الْآخِرَةُ

"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan pertama kepada pandangan kedua, maka sesungguhnya bagimu yang pertama dan bukan untukmu yang kedua. "( HR Imam At Tirmidzi )

Maka pandangan kebentulah (tidak disengaja) dimaafkan, yaitu pandangan pertama. Berbeda dengan yang kedua, maka sesungguhnya ia diharamkan, karena dilakukan dengan kesengajaan. Disebutkan dalam hadits : "Zina kedua mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berkata, zina tangan adalah melangkah, dan zina kaki adalah melangkah." ( HR Imam Muslim )

Memandang adalah zina karena ia menikmati pandangan kepada keindahan wanita dan hal itu membawa kepada bergantungnya hati dengannya, dan dari sana terjadilah perbuatan keji. Dan tidak diragukan lagi bahwa memandang sangat terjadi dalam bergabung dua lawan jenis.

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda :
"Aku tidak meninggalkan satu fitnah sesudahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain dari wanita." ( HR Imam Bukhari )

Beliau menggambarkan wanita sebagai fitnah bagi laki-laki, maka bagaimanakah digabungkan di antara yang menfitnah (wanita) dan yang terfitnah (laki-laki) berada dalam satu tempat.

Sesungguhnya tatkala Rasulullah shalallahu alaihi wa salam membangun masjid, beliau menjadikan pintu khusus untuk wanita dan bersabda : “ Jikalau kita membiarkan pintu ini untuk wanita." ( HR Imam Abu Daud )

Maka Umar radhiallahu anhu melarang masuk dari pintu wanita. Maka apabila ada larangan bercampur dalam pintu maka hal dilarang dalam kantor tentu lebih utama.

Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menyuruh wanita agar berjalan di tepi jalan, jangan di tengahnya hingga tidak bercampur dengan laki-laki. Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam apabila mengucap salam dari shalatnya, beliau tetap berada di tempatnya menghadap kiblat dan jamaah laki-laki yang bersamanya hingga para wanita berpaling dan masuk ke rumah mereka, kemudian beliau berpaling (pulang) dan berpaling orang-orang yang bersamanya, sehingga pandangan laki-laki tidak tertuju kepada mereka.

Semua nash ini dan dalil-dalil lainnya menjelaskan haramnya ikhtilath dan haram wanita bekerja di samping laki-laki, dan semua ulama sepakat atas hal ini, tanpa ada perbedaan pendapat.

Sesungguhnya wanita disuruh agar selalu berada di dalam rumah, apakah kamu mengetahui hal itu ? ...sehingga ia tidak menjadi sasaran pandangan laki-laki dan ikhtilath dengan mereka…

Sudah diketahui bahwa terkoyaknya kehormatan, hancurnya rumah tangga, dan hilangnya masa depan remaja putri secara khusus adalah akibat dari ikhtilath…

Dan jika engkau ingin mengetahui hakikat ikhtilath dan pengaruhnya maka bacalah problem ikhtilath di Barat, sehingga mulai ada ajakan untuk meninggalkan ikhtilath dalam belajar. Maka didirikannya beberapa universitas dan sekolah yang berdiri di atas pemisahan di antara dua lawan jenis di Amerika dan yang lainnya. Mereka tidaklah melakukan hal itu kecuali setelah merasakan pahit dan pedihnya karena banyaknya kerusakan akhlak. Bukankah kita harus mengambil pelajaran dari realita ini ?

Bukan suatu kesalahan besar bahwa kita – kaum muslimin – mengulangi kesalahan yang telah terjadi di Barat, sedangkan mereka sekarang mengharapkan bisa berlepas diri darinya.


Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah.....

Engkau adalah yang paling berharga di sisi kami, engkau adalah saudari, putri, istri dan ibu…sudah menjadi keharusan bahwa engkau menjadi pembantu bagi kami untuk menjagamu dari bahaya…

Engkau adalah separo masyarakat dan engkau melahirkan yang lain. Engkaulah yang kami harapkan bisa mengeluarkan generasi yang membimbing umat…Namun bagaimana mungkin hal itu terjadi bagimu apabila engkau pergi berlari meninggalkan rumah, meninggalkan tugas rumah, mendidik generasi baru dan tugas keibuan, dan jadilah engkau bersama laki-laki dalam bekerja ?

Ketahuilah – semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberi rahmat kepadamu -, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah menyuruhmu berdiam diri di dalam rumah kecuali karena saying kepadamu :

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (QS Al Ahzab : 33 )

Karena apabila engkau keluar niscaya laki-laki sangat bernafsu terhadapmu, dan jika engkau ingin memastikan apa yang saya katakan maka bacalah kitab yang berjudul: Amalul Mar`ti fil Mizaan" (Pekerjaan wanita dalam timbangan) karya DR. Muhammad Ali Al Baar dan engkau akan menemukan di dalamnya kebenaran yang nyata dengan nomor dan cerita yang memastikan bahaya wanita meninggalkan rumahnya dan bercampurnya bersama laki-laki.

Ambillah pelajaran kondisi wanita di Barat: sesungguhnya ia mengeluh perbuatan zalim dari laki-laki, ia mengadukan tindakan pelecehan sex di setiap tempat. Ia tidak bisa berlari dari realita, karena ia harus bekerja dan jika tidak ia akan mati kelaparan. Maka ia berada dalam penderitaan yang tidak berkesudahan..

Adapun engkau, sungguh Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikanmu kemuliaan dengan Islam yang mewajibkan kepada bapak, suami, saudara, dan anak agar berusaha untuk memberikan nafkah untukmu, dan Allah subhanahu wa ta’ala tidak pernah menyuruhmu bekerja. Ini adalah harta ghanimah yang datang kepadamu tanpa susah payah mendapatkannya. Engkau menetap di dalam rumah seperti ratu, selain engkau bekerja untukmu. Bukanlah ini merupakan nikmat yang besar.

Maka janganlah engkau terperdaya dengan dunia dan hiasan syetan untuknya agar keluar bekerja. Maka jika engkau ingin dekat dengan Ar Rahman maka menetaplah di dalam rumah. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda : " Perempuan adalah aurat, maka apabila ia keluar niscaya syetan menghiasinya, dan yang paling dekat dari Wajah Rabb-nya saat dia berada di dalam rumahnya." ( HR Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Hibban ).

Dan ketahuilah wahai saudariku, sesungguhnya yang paling berharga pada dirimu adalah iman dan iffahmu, dan ia terancam akan terkoyak apabila engkau ikhtilath dengan laki-laki. Maka berjauhlah dari mereka dan jangan engkau mendekatkan diri dari mereka kecuali mahram atau suami. Dan ketahuilah, sesungguhnya engkau berada di bawah naungan hijab dan menetap di dalam rumah niscaya engkau mendapatkan suami yang terbaik akhlak dan ghirah. Dan apabila engkau tetap dalam pekerjaan yang ikhtilath ini niscaya engkau tidak akan mendapatkan laki-laki yang baik.


Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah.....

Jangan engkau mengatakan 'Saya bisa menjaga diri, sekalipun berada di antara laki-laki…' Maka sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak menyuruh menundukkan pandangan dan berpisah di antara laki-laki dan wanita kecuali Dia subhanahu wa ta’ala mengetahui bahwa dorongan sex adalah kekuatan yang menghanyutkan.

Seorang muslim disuruh menjauhkan diri dari tempat-tempat fitnah dan ia tidak menjerumuskan dirinya kepada kebinasaan. Apabila seorang manusia kelaparan, ia tidak mampu menahan diri dari makanan, demikian pula apabila ia kelaparan secara sex. Dalam kondisi bagaimanapun, apabila sudah jelas haramnya ikhtilath, maka sesungguhnya haram bagi wanita dan laki-laki bekerja berdampingan, sekalipun keduanya menjaga diri.
Dan tidak menjadi ukuran dengan tidak adanya nafsu syahwat atau kemampuan wanita menjaga dirinya...dan jika engkau –wahai saudari yang mulia- membutuhkan pekerjaan maka hendaklah pekerjaan itu jauh dari laki-laki.


Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah.....

Saya tidak tahu, apakah kata-kata saya sampai ke sudut hatimu ? Dan apakah ia bisa menembuh selaput luar jantungnya ? Saya mengharapkan hal itu dari hatiku. Dan aku berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan doa yang sangat agar Dia subhanahu wa ta’ala menjagamu dari tipu daya orang-orang yang menipu, orang-orang yang merencakan untuk melemparmu ke dalam lumpur kehinaan. Dan mereka sangat senang saat bisa mewujudkan hal itu darimu, saat engkau meninggalkan rumah dan berada di tengah-tengah laki-laki.

Karena mereka mengetahui bahwa engkau adalah pendidik generasi mendatang. Maka apabila engkau sudah rusak niscaya rusaklah generasi penerus, dan umat menjadi mangsa bagi musuh-musuhnya. Saya berharap kamu bisa memahami persoalan penting ini dengan sebenarnya dan memahami kadar bahaya yang engkau berada di dalamnya.

Dan apabila engkau tidak menerima ucapan saya –dan saya tidak mengira hal itu darimu- maka saya akan berdoa malam dan siang hari, dan saya tidak akan pernah bosan berdoa untukmu. Engkau adalah saudariku dalam kondisi apapun. Percayalah bahwa suatu hari nanti engkau akan kembali kepada petunjukmu, dan percayalah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan menyia-nyiakan percuma usahaku bersamamu.

Dan tidak adalah taufiqku kecuali dengan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala. Dan saya sangat berharap agar engkau mengulang kembali membaca nasehat ini beberapa kali, dari waktu hingga waktu yang lain.
Saudariku yang di Mulyakan Oleh Allah Robbul 'Izzah....



Sumber : Catatan Ust. Abu Hashif Wahyudin Al-Bimawi

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment