Monday, 15 June 2015

BAGAIMANA MENCINTAI NABI MUHAMMAD Shallallahu ‘Alaihi ??

                Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Nabi yang sangat dicintai oleh umatnya. Bagaimana kita tidak mencintainya ? sedangkan beliau adalah Nabi yang diutus oleh Allah Ta’ala sebagai nikmat dan rahmat bagi semesta alam ini. Nabi yang diutus untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kesesatan menuju cahaya Islam yang penuh kemuliaan. Nabi yang lemah lembut beserta sifat-sifat lainnya yang terpuji, yang dianugerahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala  kepadanya dan Nabi yang sangat menyayangi umatnya.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴿١٢٨﴾

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami,(dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, sangat berbelas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman” (QS. At Taubah 9 : 128)

                Banyak orang yang sangat mencintainya, mengidolakannya, dan mengagungkannya. Namun terkadang kecintaan dan pengagungan tersebut, disalurkan dengan cara yang salah dan cara-cara yang tidak diajarkan olehnya bahkan menyelisihi jalannya. Oleh karena itu, kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam haruslah didasari dengan cara yang benar dan sesuai dengan apa yang telah beliau ajarkan kepada umatnya. Diantara cara-cara mencintai beliau adalah mentaati apa yang beliau perintahkan sebagai konsekuensi syahadat “asyhadu anna muhammadarrasulullah”, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah didalam kitab Al Ushul Ats Tsalatsah menjelaskan makna syahadat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut, yaitu:

طاعته في ما أمر و تصديقه فيما أخبر واجتناب ما نهى عنه و زجر والأ يعبد الله إلا بما شرع

“Mentaati apa yang beliau perintahkan, membenarkan apa yang beliau kabarkan, meninggalkan segala yang beliau larang dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang telah beliau syari’atkan”

                Begitulah seharusnya seorang yang mengaku mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu melaksanakan segala yang beliau perintahkan dan menjauhi apa-apa yang tidak beliau perintahkan. Jika ada suatu perkara-perkara baru didalam Islam, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk meniggalkan perkara tersebut dan tetap berpegang teguh dengan sunnah-sunnah beliau. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang kita melakukan ibadah-ibadah yang tidak beliau perintahkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
,
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

Barangsiapa yang membuat suatu perkara baru dalam agama kami yang tidak kami ajarkan, maka hal tersebut tertolak”

                Maka hendaklah kita menjadi orang-orang yang mencintai beliau dengan benar, sehingga beliau pun mencintai kita dan rindu untuk bertemu dengan kita, sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits tentang keinginan Rasulullah untuk bertemu saudara-saudaranya yang akan datang pada generasi setelah beliau.

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendatangi perkuburan lalu bersabda: “Semoga keselamatan terlimpahkan atas kalian penghuni kuburan kaum mukminin, dan Insyaallah kami akan bertemu kalian, sungguh aku sangat menginginkan agar  kita dapat bertemu dengan saudara-saudara kita”. Para sahabat bertanya: “Bukankah kami ini saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “kamu semua adalah sahabat-sahabatku sedangkan saudara-saudara kita adalah mereka yang belum datang (terlahir)”. Para sahabat bertanya: “Lalu bagaimana engkau bisa mengenali mereka wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab: “Apa pedapat kalian, seandainya seorang laki-laki memiliki seekor kuda yang berbulu putih didahi dan dikakinya. Apakah dia akan megenali kudanya tersebut?”.Mereka menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Mereka datang dalam keadaan muka dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudhu. Aku mendahului mereka ke telaga. Ingatlah ! ada sekelompok orang yang akan dihalangi dari datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat. Aku memanggilnya, “kemarilah kamu semua”, maka dikatakan, “sesungguhnya mereka telah menukar ajaranmu setelah kamu meninggal”. Maka Aku berkata, “Pergilah kamu dari sini”. (HR. Muslim no. 584)

                Itulah saudara-saudara beliau yang sangat beliau rindukan, yaitu orang yang mengikuti ajaran-ajarannya dan tidak menambah selain apa yang telah beliau berikan. Maka dari itu wahai kaum muslimin. Hendaklah kita tetap berpegang teguh dengan ajaran-ajaran yang di perintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang haqiqi tidaklah diwujudkan dengan lisan atau tulisan saja, tidak juga diwujudkan dengan hanya memperingati hari kelahiran beliau setiap tahunnya. Tapi , wujud kecintaan yang haqiqi adalah dengan mengikuti apa-apa yang beliau perintahkan dan menjauhi hal-hal yang beliau larang. Sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat, mereka hanyalah mencontoh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam beribadah dan tidak melakukan suatu bentuk peribadatan kecuali diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut inilah gambaran bagaimana para sahabat hanya mengerjakan ibadah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
عن عباس بن ربيعة قال: رأيت عمر بن الخطاب يقبل الحجر –يعني: الأسود- و يقول: إني أعلم أنك حجر لا تنفع ولا تضر ولو لا أني رأيت رسول الله يقبلك ما قبلتك (متفق عليه)

“Dari Abbas bin Rabi’ah beliau berkata: Aku melihat Umar bin Khattab mencium hajar aswad dan beliau berkata: Sesungguhnya aku mengetahui bahwasannya kamu adalah batu yang tidak dapat memberi manfaat ataupun bahaya. Sekiranya aku tidak pernah melihat nabi menciummu niscaya aku tidak akan pernah menciummu” (Muttafaqun ‘alaihi)

                Kita boleh mengaku mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam namun hendaklah kecintaan tersebut diwujudkan dengan sesuatu yang benar dan beliau ridhoi. Sehingga kecintaan kita tersebut tidak bertepuk sebelah tangan dengan cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga kita menjadi hamba-hamba yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dicintai oleh beliau.



Sumber : Artikel Buletin Al-Iman (Penulis: Muhammad Danu Kurniadi)

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment