Oleh : Abu Asma Andre.
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مّسْلِمُونَ
يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْراً وَنِسَآءً وَاتَّقُوْا اللَّهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْباً
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماًً
أما بعد: فإن أصدق الكلام كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
Pendahuluan :
Pembahasan tentang makan - makan dan memasak dikeluarga ahlul mayit merupakan perkara yang " hangat " diantara kaum muslimin, sebagian mereka tidak memperbolehkan dan sebagian yang lain memperbolehkan. Yang tidak memperbolehkan menjadikan riwayat Jarir bin Abdillah radhiallahu anhu yang berbunyi :
كنا نرى الاجتماع إلى أهل الميت وصنعة الطعام من النياحة
" Kami berpandangan bahwa berkumpul-kumpul di keluarga mayit dan membuat makanan adalah bagian dari niyahah .( meratap - pent ), sebagai hujjah, sedangkan sebagian yang memperbolehkan memandang bahwa riwayat ini lemah dari segi sanad.
Disinilah tulisan ringkas ini berusaha untuk mendudukkan status riwayat tersebut, dengan memohon pertolongan Allah saya memulai menulis tulisan ini.
Riwayat Jarir bin Abdillah Al Bajali radhiallahu anhu dalam timbangan.
Imam Ibnu Majah berkata :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ: حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، ح وحَدَّثَنَا شُجَاعُ بْنُ مَخْلَدٍ أَبُو الْفَضْلِ، قَالَ: حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَجَلِيِّ، قَالَ: «كُنَّا نَرَى الِاجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنْعَةَ الطَّعَامِ مِنَ النِّيَاحَةِ»
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya dia berkata : telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur dia berkata : telah menceritakan kepada kami Husyaim, ( dalam sanad lain ) Telah menceritakan kepada kami Syuja' bin Makhlad Abul Fadhl dia berkata : telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Isma'il bin Abu Khalid dari Qais bin Abu Hazim dari Jarir bin Abdullah Al Bajali radhiallahu anhu beliau berkata : " Kami berpandangan bahwa berkumpul-kumpul di keluarga mayit dan membuat makanan adalah bagian dari niyahah (ratapan). "
Sanad hadits ini datang dari jalan :
- Muhammad bin Yahya, beliau adalah Muhammad bin Yahya bin Abdillah bin Khalid bin Faaris rahimahullah ( محمد بن يحيى بن عبد الله بن خالد بن فارس بن ذؤيب الذهلى ), tentangnya berkata Al Imam An Nasa'i : " Tsiqat, tsabit ", berkata tentangnya Al Imam Ali bin Madini : " Adz Dzahali ( Muhammad bin Yahya - pent ) adalah pewaris Az Zuhri. " Sehingga Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata ( At Tahdzib 9/515 ): " Tsiqat, hafidz, mulia. "
- Sa'id bin Manshur, beliau adalah Sa'id bin Manshur bin Syu'bah Al Khurasani, Abu Utsman Al Marwadzi ( سعيد بن منصور بن شعبة الخراسانى ، أبو عثمان المروزى ), tentangnya berkata Harb bin Ismail Al Karmani rahimahullah : " Saya mendengar Ahmad bin Hambal memuji dan menyanjung Sa'id bin Manshur." ( Al Jarh Wa Ta'dil 4/284 ), Al Imam Abu Hatim Ar Razi : " Tsiqat.", berkata Al Khalili : " Tsiqat, disepakati atasnya." Sehingga Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata ( At Tahdzib 4/90 ) : " Tsiqat, penulis kitab."
- Husyaim, beliau adalah Husyaim bin Basyir bin Al Qaasim bin Dinaar, Abu Muawiyah Al Wasithi ( هشيم بن بشير بن القاسم بن دينار السلمى أبو معاوية بن أبى خازم ), tentangnya berkata Al Imam Ibnu Hibban : " Tsiqat dan seorang mudalis. " Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah memasukkan beliau kepada tingkat ketiga dalam tadlisnya. " ( Thabaqatul Mudalisin no 111 ). Sehingga berkata Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah ( At Taqrib hal 574 ) : " Tsiqat, tsabit, banyak melakukan tadlis dan irsal khafi.", berkata Imam Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat 7/313 : " Tsiqat, banyak haditsnya, juga banyak melakukan tadlis, apabila didalam haditsnya diungkapkan dengan akhbarana maka menjadi hujjah, adapun apabila tidak mengucapkan akhbarana maka bukan apa - apa."
- Syuja' bin Makhlad Abu Fadhl Al Baghawi ( شجاع بن مخلد الفلاس ، أبو الفضل البغوى ), tentangnya berkata Al Abu Zur'ah :" Tsiqah " , Al Imam Ahmad berkata : " Tsiqah, dan tulisannya shahih." ( Al Jarh Wa Ta'dil 4/1655 )
- Ismail bin Abi Khalid, beliau adalah Ismail bin Abi Khalid Hurmuz Abu Abdillah Al Kufi ( إسماعيل بن أبى خالد : هرمز أبو عبد الله الكوفى ), tentangnya berkata Al Imam Ibnul Mubarak : Berkata Sufyan At Tsauri : " Hafidznya manusia ada tiga : Ismail bin Abi Khalid, Abdul Malik bin Abi Sulaiman dan Yahya bin Ismail Al Anshari. " Ishaq bin Manshur dari Yahya bin Ma'in : " Tsiqat." Sehingga Al Hafidz Ibnu Hajar berkata tentangnya ( Tahdzib 1/292 ) : " Tsiqat, tsabit."
- Qais bin Abi Haazim, beliau adalah Qais bin Abi Haazim Hushain Al Bajali Al Ahmas ( قيس بن أبى حازم : حصين البجلى الأحمسى ), tentangnya berkata Al Hafidz Adz Dzahabi : " Disepakati akan kehujahannya, barangsiapa yang berbicara tentangnya maka tidaklah dia mencela kecuali dirinya sendiri." Al Hafidz Ibnu Hajar ( Tahdzib 8/388 ): " Tsiqat "
- Jarir disini adalah Jarir bin Abdillah Al Bajali radhiallahu anhu - seorang shahabat.
Maka dapat dilihat didalam sanad ini tidak terdapat permasalahan didalamnya terkecuali pada Husyaim bin Basyir, walaupun dia merupakan seorang rijal ash shahihain, akan tetapi padanya terdapat tadlis, sehingga Al Hafidz Ibnu Hajar memasukkan dirinya pada tingkatan tadlis yang ketiga, yang mana tidaklah riwayatnya dijadikan hujjah oleh para imam ahli hadits terkecuali dia meriwayatkan kejelasannya mendengarnya. Dimana dalam riwayat Imam Ibnu Majah diatas beliau meriwayatkan dengan hadatsana, dan telah berlalu ungkapan Ibnu Sa'ad : " Apabila didalam haditsnya diungkapkan dengan akhbarana maka menjadi hujjah, adapun apabila tidak mengucapkan akhbarana maka bukan apa - apa."
Hadits ini mendapatkan mutaba'ah dalam riwayat Imam Ahmad (2/204 no 6905 - Ahmad Syakir ) sebagai berikut :
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ بَابٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ قَيْسٍ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَجَلِيِّ، قَالَ: «كُنَّا نَعُدُّ الِاجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنِيعَةَ الطَّعَامِ بَعْدَ دَفْنِهِ مِنَ النِّيَاحَةِ
Telah menceritakan kepada kami Nashr Ibnu Bab dari Isma'il dari Qais dari Jarir bin Abdullah Al Bajali dia berkata : " Kami menganggap bahwa berkumpul-kumpul di rumah keluarga mayit dan membuat makanan setelah penguburannya sebagai bentuk niyahah (ratapan)."
Seluruh rijal dalam sanad hadits ini tsiqat, sebagaimana bisa dilihat pada penjelasan diatas, terkecuali seseorang yang bernama Nashr bin Bab, dalam mensikapi rawi yang bernama Nashr bin Bab ini para ulama memiliki tiga sikap :
1. Yang menolak dan menjarh beliau dan ini jumhur ulama, semisal Al Imam Al Bukhari ( Tarikhul Kabir 8/105 ) yang berkata : " Beliau tertuduh berdusta. ", Al Imam Abu Hatim Ar Razi berkata ( Al Jarh Wa Ta'dil 8/469 ) : " Matrukul hadits." dan selainnya.
2. Yang menerima sebagai syahid dan mutaba'ah, semisal Ibnu Adi yang berkata ( Al Kamil 7/35 ) : " Bersama dengan kelemahannya, ditulis haditsnya."
3. Yang menganggapnya tsiqah, semisal Al Imam Ahmad sebagaimana dinukil pentsiqahan beliau oleh Al Hafidz Al Haitsaimi didalam Bughyatul Ra'id 3/396 dan Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Lisanul Mizan 6/151.
Diantara ulama mutaakhirin yang mentsiqahkannya adalah Al Imam Ibnu Muflih yang dapat dipahami dari perkataannya : " Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan selainnya dengan sanad yang kuat dari Jarir..." ( Al Furu'3/408 )
Riwayat Husyaim mendapatkan mutaba'ah dari jalur Abdan sebagaimana dikeluarkan oleh Al Imam Ath Thabrani didalam Mujamul Kabir 2/307 no 2278 sebagai berikut :
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ ثنا هُشَيْمٌ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ قَيْسٍ، عَنْ جَرِيرٍ، قَالَ: كَانُوا يَرَوْنَ أَنَّ اجْتِمَاعَ أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنْعَةَ الطَّعَامِ مِنَ النِّيَاحَةِ
Telah menceritakan kepada kami Abdaan bin Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani', telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Ismail dari Qais dari Jarir yang berkata : " Kami memandang bahwa berkumpul dikeluarga mayit dan membuat makanan termasuk meratap."
Maka tampak didalam riwayat Imam Ibnu Majah ( yang menjadi pokok pembahasan ) terdapat dua mutaba'ah, yaitu riwayat Imam Ahmad dan riwayat Imam Ath Thabrani, sehingga banyak diantara para ulama yang setelah mengumpulkan jalan - jalan riwayat ini mereka menyatakan hasan atau shahih riwayat Al Imam Ibnu Majah, diantara mereka adalah :
1. Al Imam An Nawawi Asy Syafi'i dalam Al Majmu 5/282.
2. Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Munjabi Al Hanbali dalam Tasliyah Ahlul Mashaa'ib hal 101.
3. Al Hafidz Ibnu Katsir didalam Irsyadul Fiqh 1/241, dimana beliau berkata : " Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih atas syarat shahihain."
4. Al Bushairi berkata didalam Zawaid Ibnu Majah hal 236: " Adapun jalan yang pertama diatas syarat Al Bukhari sedangkan jalan yang kedua diatas syarat Muslim."
5. Ibnu Hajar Al Haitsami dalam Tuhfatul Muhtaj 3/207.
6. Asy Syarbini Asy Syafi'i dalam Mughni Al Muhtaj 1/368.
7. Ibnu Abidin Al Hanafi dalam Al Hasyiah 2/240.
8. Mula Ali Al Qari dalam Mirqatul Mafatih 2/393.
9. Asy Syaukani dalam Durarul Madhiyah 1/252.
10. Al Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi 4/67.
11. Mahmud Subki dalam Ad Dinul Khalis 8/76.
12. Ahmad Syakir dalam Al Musnad 11/125.
13. Ibnu Baaz dalam Fatawa wa Tanbihat hal 536.
14. Al Albani dalam Ahkamul Janaiz hal 210 dan beliau berkata : " Sanadnya shahih sesuai syarat syaikhain."
15. dan masih banyak lagi diantara para ulama.
Maka dengan memperhatikan riwayat - riwayat diatas, dapatlah dikatakan bahwa hadits tersebut shahih, alhamdulillah.
Diantara Faidah Riwayat Tersebut :
Apabila telah diketahui bahwa riwayat tersebut shahih, maka nampak jelas para shahabat memandang bahwasanya berkumpul dan memasak dirumah keluarga mayit adalah perbuatan meratap yang dibenci oleh syari'at, hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Jarir bin Abdillah Al Bajali radhiallahu anhu mengkaitkan amalan dengan apa yang ada pada para shahabat, sehingga amalan dianggap benar secara syari'at apabila telah mencocoki dengan amalan para shahabat, pembahasan ini bisa diperluas dalam pembahasan fiqih dan manhaj, dalam makalah ringkas ini saya hanya mengisyaratkan saja dan tujuan utamanya adalah menjelaskan keshahihan hadits riwayat Imam Ibnu Majah rahimahullah.
Abu Asma Andre
Ciangsana - Cileungsi
25 Shafar 1434 H
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Sumber : Catatan Ust. Abu Asma Andre
0 komentar:
Post a Comment