Syubhat:
Assalamu’alaikum, syaikh mamduh yang ana muliakan, ana dapat syubhat dari orang Nasrani, kenapa di dalam al-Qur’an ada ayat yang menggunakan kata-kata “KAMI”; orang pertama dalam bentuk jamak bukan tunggal, berarti benarlah Tuhannya orang Nasrani tentang TRINITAS, Tuhan bapak, anak dan roh kudus? Mohon dijawab agar umat Islam mengetahui jawaban syubhat ini. Jazakallahu khairan. +628***541****
Jawab: Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuhu.
Sesungguhnya, termasuk permasalahan terbesar pada syubhat para pendeta Nasrani yang mereka tanamkan kepada akal para pengikutnya adalah bahwa mereka jahil (bodoh) terhadap bahasa Arab. Lalu mereka menerjemahkan ayat-ayat al-Qur`an yang mulia kepada bahasa mereka kemudian mengeluarkan hukum jahil mereka berdasarkan bahasa mereka, bukan berdasarkan kekhususan bahasa, dan lisan Arab. Kemudian orang-orang awam Nasrani menukil kebodohan tersebut dari pendeta-pendeta mereka.
Kata [نَحْنُ], nahnu (kami), dalam bahasa Arab tidak harus bermakna lebih dari satu, karena itu adalah bentuk penghormatan menurut bangsa Arab dalam bahasa mereka. Para Raja dan panglima, saat mereka menetapkan keputusan, maka mereka akan menetapkan keputusan tersebut dengan menyebut kata nahnu (kami), padahal dia hanya satu orang. Akan tetapi kata itu digunakan untuk mengungkapkan pengagungan, dan kedudukan tinggi. Hal tersebut terus berlangsung hingga hari ini pada sebagian pemimpin bangsa Arab. Oleh karena itu, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan al-Qur`an yang mulia, Dia menurunkannya dengan lisan Arab hingga bangsa Arab kala itu tidak pernah memprotes satu kata atau ayat pun, kerana mereka tahu maksud dari al-Qur`an yang mulia. Mereka hanya menuduh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan tuduhan-tuduhan, diantaranya adalah tukang sihir, atau gila. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang berani menuduhnya tentang ayat-ayat al-Qur`an, karena pengetahuan mereka bahwa ayat-ayat tersebut sesuai dengan bahasa dan lisan mereka.
Jika bangsa Arab menggunakan lafazh nahnu (kami) karena mengagungkan urusan mereka, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih berhak dengan pengagungan itu, dan lebih layak dengannya dari setiap orang. Oleh karena itu, kata nahnu (kami) adalah untuk pengagunan dalam ayat-ayat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara kepada manusia, bukan untuk penggandaan.
Di antara perkara yang menolak kerancuan pemahaman tersebut adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan bentuk tunggal terhadap hak Dzat-Nya secara nyata, dan berfirman kepada manusia dengan firmanNya Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (١٦٣)
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah (2): 163)
Dan firmanNya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١)
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.” (QS. al-Ikhlash (112): 1)
Maka yang demikian itu menunjukkan akan kebatilan keyakinan Trinitas, berbeda dengan klaim mereka, mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada mereka.
Oleh karena itu, sesungguhnya saya menasihatkan kepada setiap orang Nasrani yang mencari kebenaran untuk mempelajari kekhususan bahasa, dan lisan Bangsa Arab yang mereka itu tidak pernah mengingkari perbedaan bentuk pembicaraan dalam al-Qur`an yang mulia, dimana kadang datang dengan bentuk jamak (plural), dan kadang dalam bentuk mufrad (tunggal). Jika para pembesar yang ahli bahasa, fasih dalam berbicara dan bersya’ir di zaman turunnya al-Qur`an tidak pernah walaupun sekali mengingkari (memprotes) macam-macam penggunaan bentuk pembicaraan dalam al-Qur`an yang mulia, maka bagaimana mungkin selain mereka, yang bukan bangsa Arab, juga bukan dari kaum muslimin pada zaman ini mengingkari ragam bentuk pembicaraan al-Qur`an yang mulia?!
sumber : http://qiblati.com/jawaban-syubhat-kristiani-dan-syiah.html
Assalamu’alaikum, syaikh mamduh yang ana muliakan, ana dapat syubhat dari orang Nasrani, kenapa di dalam al-Qur’an ada ayat yang menggunakan kata-kata “KAMI”; orang pertama dalam bentuk jamak bukan tunggal, berarti benarlah Tuhannya orang Nasrani tentang TRINITAS, Tuhan bapak, anak dan roh kudus? Mohon dijawab agar umat Islam mengetahui jawaban syubhat ini. Jazakallahu khairan. +628***541****
Jawab: Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuhu.
Sesungguhnya, termasuk permasalahan terbesar pada syubhat para pendeta Nasrani yang mereka tanamkan kepada akal para pengikutnya adalah bahwa mereka jahil (bodoh) terhadap bahasa Arab. Lalu mereka menerjemahkan ayat-ayat al-Qur`an yang mulia kepada bahasa mereka kemudian mengeluarkan hukum jahil mereka berdasarkan bahasa mereka, bukan berdasarkan kekhususan bahasa, dan lisan Arab. Kemudian orang-orang awam Nasrani menukil kebodohan tersebut dari pendeta-pendeta mereka.
Kata [نَحْنُ], nahnu (kami), dalam bahasa Arab tidak harus bermakna lebih dari satu, karena itu adalah bentuk penghormatan menurut bangsa Arab dalam bahasa mereka. Para Raja dan panglima, saat mereka menetapkan keputusan, maka mereka akan menetapkan keputusan tersebut dengan menyebut kata nahnu (kami), padahal dia hanya satu orang. Akan tetapi kata itu digunakan untuk mengungkapkan pengagungan, dan kedudukan tinggi. Hal tersebut terus berlangsung hingga hari ini pada sebagian pemimpin bangsa Arab. Oleh karena itu, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan al-Qur`an yang mulia, Dia menurunkannya dengan lisan Arab hingga bangsa Arab kala itu tidak pernah memprotes satu kata atau ayat pun, kerana mereka tahu maksud dari al-Qur`an yang mulia. Mereka hanya menuduh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan tuduhan-tuduhan, diantaranya adalah tukang sihir, atau gila. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang berani menuduhnya tentang ayat-ayat al-Qur`an, karena pengetahuan mereka bahwa ayat-ayat tersebut sesuai dengan bahasa dan lisan mereka.
Jika bangsa Arab menggunakan lafazh nahnu (kami) karena mengagungkan urusan mereka, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih berhak dengan pengagungan itu, dan lebih layak dengannya dari setiap orang. Oleh karena itu, kata nahnu (kami) adalah untuk pengagunan dalam ayat-ayat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara kepada manusia, bukan untuk penggandaan.
Di antara perkara yang menolak kerancuan pemahaman tersebut adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan bentuk tunggal terhadap hak Dzat-Nya secara nyata, dan berfirman kepada manusia dengan firmanNya Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (١٦٣)
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah (2): 163)
Dan firmanNya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١)
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.” (QS. al-Ikhlash (112): 1)
Maka yang demikian itu menunjukkan akan kebatilan keyakinan Trinitas, berbeda dengan klaim mereka, mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada mereka.
Oleh karena itu, sesungguhnya saya menasihatkan kepada setiap orang Nasrani yang mencari kebenaran untuk mempelajari kekhususan bahasa, dan lisan Bangsa Arab yang mereka itu tidak pernah mengingkari perbedaan bentuk pembicaraan dalam al-Qur`an yang mulia, dimana kadang datang dengan bentuk jamak (plural), dan kadang dalam bentuk mufrad (tunggal). Jika para pembesar yang ahli bahasa, fasih dalam berbicara dan bersya’ir di zaman turunnya al-Qur`an tidak pernah walaupun sekali mengingkari (memprotes) macam-macam penggunaan bentuk pembicaraan dalam al-Qur`an yang mulia, maka bagaimana mungkin selain mereka, yang bukan bangsa Arab, juga bukan dari kaum muslimin pada zaman ini mengingkari ragam bentuk pembicaraan al-Qur`an yang mulia?!
sumber : http://qiblati.com/jawaban-syubhat-kristiani-dan-syiah.html
Salaamun'Alaikum,
ReplyDeleteCoba perhatikan kembali ayat-ayat Allah dalam Quran, dan coba bandingkan antara penggunaan kata kami dengan kata ganti tunggal!
Kami: digunakan dalam Quran untuk merujuk kepada kehendak Allah yang melibatkan makhluk-makhluk-Nya. selain itu, ayat-ayat kasih sayang juga menggunakan redaksi kata 'kami'. Artinya, penggunaan kata 'kami' ini untuk memunculkan kesan kasih sayang Allah SWT, karena Allah tidak menafikan makhluk-makhluk-Nya yang menjadi perantara kehendak-Nya.
Sebaliknya, untuk yang merupakan kehendak mutlak Allah (mengutus Nabi, menciptakan langit dan bumi, (Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak, An Nahl:3), mengungkapkan kemurkaan, keangkuhan, Allah selalu menggunakan redaksi 'Aku', 'dia', bahkan Allah menggunakan nama-Nya sendiri.lihatlah Surat At-Taubah. Allah murka dengan orang kafir, dan Dia menggunakan redaksi 'Allah', Sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir..."
Artinya Adalah, kata 'kami' digunakan bukan hanya sebagai pengungkapan keagungan Allah, tetapi justru lebih kepada menunjukkan kasih sayang-Nya, kelembutannya kepada manusia, bahwa Allah tidak menafikan makhlu-makhluk-Nya. sebaliknya, penggunaan kata ganti 'tunggal' (Dia, Aku, atau Allah) digunakan Allah untuk hal-hal yang memang menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya sebagai Tuhan yang kadang perlu menunjukkan diri-Nya sebagai pemilik kuasa tertinggi dan sumber dari segala kekuasaan.
Sebenarnya, beda orang Kristen dengan Islam itu: Kristen menjadikan Yesus dan Roh Kudus sebagai satu kesatuan dengan Tuhan. Yesus sebagai anak tuhan. sedangkan kita memposisikan Yesus sebagai hamba-Nya, sehingga kita dapat dengan mudah mengimani NAbi Muhammad sebagai hamba-Nya. Orang kristen, karena memposisikan Yesus (Nabi Isa) sebagai Tuhan, maka Nabi muhammad tidak akan dijadikan mereka sebagai panutan bagi mereka.
salam diskusi.
Bisa tolong sekalian contoh ayatnya !! supaya bisa sekalian saya pelajari atau tanyakan kepada yang lebih mengetahui.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete