Friday, 19 October 2012

PARA ULAMA’ DAN BAKTI KEPADA ORANG TUA.


Oleh : Muhammad Supriadi.

1. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
            Dari Murrah Maula Ummu, bahwasannya ia pernah bersama Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu menuju kampungnya di al-’Aqiq. Apabila masuk halaman rumahnya ia berteriak: ””Alaikissalam warahmatullahi wa barakatuhu, wahai bunda”. Ibunya pun menyambut: ”Wa’alaikassalam wa rahmatullahi wa barakatuhu”.
            Abu Hurairah berkata:”Semoga Allah merahmatimu sebagaimana engkau telah mendidikku sewaktu kecil”. Ibunya berkata:”Demikian pula engkau wahai ananda, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dan meridhaimusebagaimana engkau berbakti kepadaku setelah dewasa”. (HR. Al bukhori dalam al-Adab al-Mufrad)
            Juga diantara baktinya kepada ibunya adalah beliau sangat ingin agar ibunya masuk islam dan doa beliau agar ibunya dicintai oleh kaum mukminin.
            Ia bercerita: ”Dahulu aku mengajak ibuku untuk masuk islam ketika ia masih berbuat kesyirikan. Dan pada suatu hari aku mrngajaknya, tapi ia berbicara tentang Rasulullah shallallahu ’alaihi wa salam dengan suatu ucapan yang aku benci, maka itu aku mendatangi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa salam sambil menangis.”
            Aku berkata:”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku pernah mengajak ibuku untuk masuk islam, namun ia enggan menerima ajakanku. Dan pada hari ini akku mengajaknya lagi namun dia malah berkata tentangmu dengan ucapan yang tidak aku sukai, maka itu doakanlah ibuku agar mendapat hidayah”. MakaRasulullah shallallahu ’alaihi wa salam berdoa:”Ya Allah, bukakanlah pintu hidayah bagi ibu Abu Hurairah”.
            Lalu aku keluar dengan senang hati lantaran doa nabi shallallahu ’alaihi wa salam. Ketika datang, aku langsung mendekati pintu rumahku yang masih tertutup, dan ibuku mendengar suara langkah kakiku, ia berkata:”Tetaplah disitu, Wahai Abu Hurairah”. Dan aku mendengar suara kucuran air. Ia melanjutkan:”Ternyata ibuku mandi, kemudian ia mengenakan baju kurung dan memakai jilbab, lalu membuka pintu. Ia berkata:”Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tiada illah yang haq kecualiAllah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah”.
            Abu hurairah berkata:”Akupun langsung kembali menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa salam sambil menangis karena saking bahagianya. Aku berkata:”Ya Rasulullah, kabar gembira bagimu, sungguh Allah telah mengabulkan doamu dan Ia telah memberi hidayah kepada Ibuku”. Lalu beliau memuji dan menyanjung Allah dan berkata dengan perkataan yang baik. Aku berkata lagi:”Wahai Rasulullah, mohonlah kepada Allah untuk menjadikan aku dan ibuku dicintai oleh hamba-hambaNya yang beriman dan menjadikan mereka dicintai oleh kami.”
            Maka beliau berdoa:”Ya Allah, jadikanlah hambaMu ini (Abu hurairah) dan ibunya dicintai oleh hamba-hambaMu yang beriman dan jadikanlah mereka dicintai olehnya”.
            Tidaklah diciptakan seorang mukmin yang mendengar tentang diriku meskipun ia tidak melihatku kecuali ia pasti mencintai ku. (HR. Muslim no. 2491)

2. Iyas bin Mu’awiyah rahimahullah.
            Tatkala ibunya meninggal dunia ia menangis. Seorang bertanya kepadanya,”Apa yang membuatmu menangis?”. Ia menjawab,”Sebelumnya aku memiliki dua pintu yang terbuka untuk menuju surga, dan sekarang salah satunya telah tertutup.”

3. Abu Hanifah rahimahullah.
            Suatu ketika ibunda Abu Hanifah bersumpah dengan suatu sumpah lalu ia melanggarnya. Lalu ia meminta fatwa kepada Abu Hanifah dan beliaupun berfatwa untuknya.
            Ibunya berkata,”Aku tidak ridha kecuali dengan fatwa Zur’ah al-Qash”. Kemudian Abu hanifah membawa ibunyauntuk menemui Zur’ah. Zur’ah berkata kepada ibu Abu Hanifah,”Apakah kau ingin aku berfatwa untukmu? Sedangkan engkau bersama seorang ahli fikih kota kuffah (maksudnya Abu Hanifah)?!”. Abu Hanifah berkata,”berilah fatwa kepadanya dengan demikian dan demikian”. Lalu Zur’ah pun memberi fatwa kepada ibunya dan akhirnya ia ridha dengan fatwa itu.
            Abu Yusuf (Sahabat Abu Hanifah) pernah berkata,”Aku pernah melihat Abu Hanifah membawa ibunya diatas keledai menuju majlis Umar bin Dzar sebab ia disuruh ibunya untuk bertanya tentang sesuatu kepadanya”.

4. Manshur bin al-Mu’tamar rahimahullah.
            Muhammad bin Bisyr as Sulami rahimahullah pernah berkata,”Tidak ada seorang pun dikota fukkah ini yang lebih berbakti kepada ibunya daripada Manshur bin al-Mu’tamar dan Abu Hanifah, Dahulu Manshur biasa membelai rambut ibunya dan mengepangnya”.

5. Ibnu Asakir rahimahullah.
            Imam Ibnu Asakir rahimahullah pernah ditanya perihal keterlambatannya ketika datang ke kota Asfahan, beliau menjawab,”Ibuku tidak mengizinkanku”.

6. Haywah bin Syuraih rahimahullah.
            Pernah pada suatu hari beliau duduk dimajlis taklim untuk mengajar para hadirin, tatkala itu ibunya berkata,”Bangki wahai Haywah, beri makan ayam kita dengan gandum ini.” Lalu beliau berdiri dan meninggalkan taklim tersebut (untuk memberi makan ayam karena menataati perintah ibunya).

7. Imam Adz Dzahabi rahimahullah.
            Beliau pernah bercerita tentang dirinya yang sedang belajar qira’ah kepada gurunya, Syaikh al-Fadhilli. Beliau berkata,”Ketika syaikh al-Fadhili wafat, sementara aku belum menyelesaikan qira’ahku, maka akupun sangat sedih. Tapi kemudian ada yang mengabarkan bahwa ada Abu Muhammad al-Makin aal-Asmar yang tinggal di Iskandariah, dan bahwasannya riwayat beliau lebih tinggi dari pada al-Fadhili, maka itu Adz dzahabi berkata,”Aku lebih sedih dan menyesal lagi lantaran tidak bisa menemuinya, sebab ayahku tidak mengizinkanku untk safar ke kota itu”.




Surabaya, 23 Dzulqa’dah 1433 H / 9 Oktober 2012 M.
Tukang bangunan, cari ilmu, dunia akherat.
[_[ MAKTABAH MUDAKU ]_]


Sumber :
  1. Disarikan dari kitab Birr al-Walidain Adab Wa Ahkam karya Khalid al-Kharraz dan Ma’alim fi Thariq Thalab al-‘Ilmi karya Abdul Aziz as-Sadhan..
  2. Buletin Al Iman tahun ke-2 No.38 Oleh : Ust. Muhammad Sulhan Jauhari Lc.

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment