Friday, 23 November 2012

KISAH PERDEBATAN IMAM AHMAD DENGAN IBNU ABI DUAD


Oleh : Abu Asma Andre.

Al Muhtadi rahimahullah bercerita : " Tidak ada seorangpun yang dapat menghentikan ayah saya - Khalifah Al Watsiq - kecuali seorang syaikh yang berasal dari Al Mashishah ( Imam Ahmad ) yang pernah dipenjara beberapa waktu, pada suatu hari ayah saya teringat kepada beliau, lalu memerintahkan agar beliau dihadapkan kepadanya. Didatangkanlah beliau dalam keadaan tangan terikat, dan ketika beliau sudah sampai dihadapan ayahku maka beliau mengucapkan salam yang tidak dijawab oleh ayahku, berkatalah beliau :

" Wahai amiril mukminin, anda tidak beradab dengan adab yang telah diajarkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala begitu pula dengan yang telah diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, sedangkan Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
" Apabila kamu dihormati dengan sebuah penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah yang serupa." ( QS An Nisaa : 86 ) dan Nabi shalallahu alaihi wa sallam juga memerintahkan untuk menjawab salam."

wa'alaikumussalam, jawab ayah saya dan kemudian dia langsung memerintahkan Ibnu Abi Duad untuk menanyai beliau, akan tetapi beliau berkata : " Wahai amirul mukminin, sekarang ini saya dipenjara dan terikat, saya shalat dipenjara dengan bertayamum, saya tidak diberi air, oleh karena itu perintahkanlah untuk melepaskan ikatan saya ini dan menyediakan air buat saya agar saya bisa berudhu dan shalat kemudian setelah itu anda menanyaiku."

Ayah saya memerintahkan agar ikatan beliau dibuka dan diambilkan air, kemudian beliau berwudhu lalu shalat, setelah itu ayahku berkata kepada Ibnu Abi Duad : " Tanyailah dia. " Akan tetapi Al Imam Ahmad langsung berseru : " Sayalah yang harus bertanya kepadanya dan kepada Anda wahai khalifah dan perintahkan dia menjawab pertanyaan saya. " Ayah saya berkata kepada beliau : " Baik, tanyailah dia. "

Beliau ( Al Imam Ahmad ) maju kepada Ibnu Abi Duad kemudian berkata : " Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang engkau dakwahkan kepada orang banyak, apakah yang anda dakwahkan tersebut juga didakwahkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ? "

Ibnu Abi Duad : " Tidak."

Imam Ahmad : " Apakah didakwahkan oleh Abu Bakar Ash Shidiq ? "

Ibnu Abi Duad : " Tidak."

Imam Ahmad : " Apakah didakwahkan oleh Umar bin Khathab setelah meninggalnya Abu Bakar ? ataukah didakwahkan oleh Utsman bin Affan  ? "

Ibnu Abi Duad : " Tidak. "

Imam Ahmad : " Apakah didakwahkan oleh Ali bin Abi Thalib ? "

Ibnu Abi Duad : " Tidak."

Imam Ahmad : " Sesuatu yang tidak didakwahkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, tidak juga oleh Abu Bakar, Umar, Utsman maupun Ali radhiallahu anhum kemudian anda dakwahkan kepada orang banyak ? "

Imam Ahmad kemudian melankutkan ucapannya : " Apakah mereka mengetahui apa yang anda dakwahkan ? "

Ibnu Abi Duad : " Mereka mengetahuinya. "

Imam Ahmad : " Apakah mereka diam dan tidak mendakwahkannya, atakah mereka mendakwahannya ? "

Ibnu Abi Duad terdiam, Imam Ahmad melanjutkan ucapannya : " Kalau mereka diam dan tidak mendakwahkannya, maka saya, anda dan semua kaum muslimin juga harus diam dan tidak mendakwahkannya, andaikata terbersit didalam dirimu bahwa mereka tidak mengetahui apa yang engkau dakwahkan, maka alangkah hinanya engkau, apakah masuk akal Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan keempat khalifahnya radhiallahu anhum tidak mengetahui - kemudian anda mengetahuinya ? "

Al Muhtadi berkata : " Maka saya lihat ayah saya ( Khalifah Al Watsiq ) bangkit berdiri kemudian masuk kedalam sebuah ruangan sambil menutup mulut dengan bajunya, kemudian berkata : " Benar kita tidak akan mungkin lepas dari dua kemungkinan - mereka mengetahuinya atau tidak mengetahuinya, jika mereka mengetahuinya kemudian diam maka kita juga harus diam, dan jika kita menganggap mereka tidak mengetahuinya sedang kita mengetahuinya maka sungguh celaka kita ini, apakah masuk akal Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabat tidak mengetahui sesuatu yang kemudian kita mengetahuinya ? "

Al Muhtadi kemudian berkata : " Maka ayah saya bertaubat dikarenakan peristiwa itu dan saya mengira juga beliau ruju karena dengan sebab hal tersebut. "

-----

Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Al Ajuri dalam Asy Syari'ah no 216, dan Al Imam Adz Dzahabi didalam Siyar ( 11/313 ) berkata : " Kisah ini menarik sekali, sekalipun pada sanadnya ada kelemahan tetapi memiliki riwayat yang saling menguatkan. "


Sumber : Catatan Ust. Abu Asma Andre

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment