Oleh : Muhammad Supriadi al Jawiy al Indunisiy
Pada suatu hari pernah aku mendengar seorang ustadz bercerita tentang pengalaman semasa hidupnya. Ustadz tersebut pernah bekerja di sebuah rumah sakit sebagai penasehat disana, lalu ustadz tadi bertanya kepada salah seorang perawat yang tengah beristirahat sebentar karena telah lelah melayani pasien yang banyak. Ustadz tersebut mulai mengajaknya bicara.
Ustadz : “Assalamu’alaykum”.
Perawat : “Wa”alaykumus Sallam Ustadz.
Ustadz : “Bagaimana mbak dengan pasiennya, sepertinya banyak sekali pasien pada hari ini ?”.
Perawat : “Iya ustadz, Alhamdulillah, pasien pada hari ini saaangat banyak”.
Ustadz : “Hmm, sebentar. Tapi maksudnya alhamdulillah tadi bagaimana mbak ??”.
Perawat : “Ya alhamdulillah pak pasiennya banyak hingga saya bisa banyak mendapat rezeki hari ini, karena biasanya kan sepi pak, jadi penghasilan saya kurang mencukupi untuk kebutuhan hidup”.
Ustadz : “Wah berarti anda salah kalau begitu”.
Perawat : “Salah bagaimana pak ?? bisa tolong jelaskan !!”.
Ustadz : “Ya yang salah alhamdulillahnya mbak. Seharusnya yang benar yaitu mbak mengatakan,”alhamdulillah pak pasiennya banyak, sehingga saya juga bisa banyak menolong dan menyembuhkan saudara saudara sesama muslim, juga saya bisa banyak meringankan beban dan penderitaan mereka”. Lha bukankah seharusnya anda berkata begitu ?. kalau anda berkata,”Alhamdulillah pak pasiennya banyak, sehingga saya juga bisa mendapat rezeki yang banyak”. Berarti kan dengan kata lain anda senang dengan banyaknya orang yang sakit dan terkena musibah serta anda juga berarti bersenang senang diatas penderitaan orang lain??”.
Perawat : “Hmmm, Iya juga sih pak, $%@!&*:”,^% ”.
Pada kasus seperti diatas maka dapat kita ambil pelajaran, yaitu kita harus selalu membenahi niat dan menjaga niat agar selalu berada pada niat yang benar dan ikhlas. Niat adalah suatu hal yang tidak boleh dianggap remeh, karena salah niat akan mempengaruhi diterima tidaknya amalan yang kita lakukan. Sebagaimana sebuah hadits yang sudah sangat terkenal yaitu hadits dari sahabat Umar bin al Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
““Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.
[HR. Bukhori dan Muslim]
Surabaya, 10 Rabi’ul Awal 1433 H.. Pukul 19.48
Tukang bangunan, cari ilmu, dunia akherat.
[_[ MAKTABAH MUDAKU ]_]
Sumber :
Secuil ilmu yang saya miliki. Setitik ilmu yang saya pelajari. Lalu kutuangkan kedalam tulisan dengan goresan pena ini.
0 komentar:
Post a Comment