Mengungkap
“Protocols of the learned
elders of zion”
Sumber asli :
JUDZURUL QADIMAH LI AHDASI ISRAEL WAL YAHUD
Sikap Paulus terhadap Yahudi
Sumber : Catatan Ust. Kodiran Salim
“Protocols of the learned
elders of zion”
Sumber asli :
JUDZURUL QADIMAH LI AHDASI ISRAEL WAL YAHUD
Sikap Paulus terhadap Yahudi
- Disaat berlangsungnya sidang Free Masonry, Paus Yohanes ke-23 telah memberikan kuasa kepada Kardinal Beya untuk mengeluarkan surat keputusan yang berkaitan dengan masalah Yahudi.
- Dalam dokumen hasil keputusan Free Masonry ( 3:204 ) ada keterangan banwa Paus Yohanes ke-23 pernah berkunjung ke Timur Dekat melihat keadaan Yahudi yang tertimpa musibah pembunuhan masal yang dilakukan oleh penguasa yang tidak bertanggung jawab.
- Beliau merasa iba atas peristiwa itu dan sering diungkapkan pada acara yang dihadirinya. Pada bulan Oktober 1961 ada utusan dari Amerika yang datang ke Paulus untuk menyatakan rasa terima kasih atas perhatian Paulus kepada bangsa Yahudi. Setelah itu Paulus menyampaikan kata sambutan sebagai berikut :
- “Saya bernama Yoseph (Yusuf) saudaramu. Memang diantara orang-orang yang beriman kepada perjanjian lama ( Yahudi ) dan orang-orang yang beriman kepada perjanjian baru (Kristen) ada perbedaan. Tetapi Alkitab (Bibel) memuat ajaran-ajaran yang luhur dan menunjukkan jalan yang benar.
- Meskipun keduanya ada perbedaan, namun ia tidak akan menodai persaudaraan kita yang berdasarkan saru Bapa (Tuhan Allah) yang ada di langit. Bukankah kita semua ini adalah anak dari satu Bapa. Oleh karena itu kita harus berusaha saling menyintai dengan cinta yang sebenarnya”
- Disaat itu atau pada waktu persiapan sidang kedua, yayasan Taurat di Roma menuntut agar sidang memberikan kontemplasi terhadap eksistensi Yahudi. Pada tahun 1960, pendeta Yahudi yang bernama Yulius Yitshak (Ishak) berkunjung ke Paus Yohanes dan meminta agar kelimat-kalimat yang berbau permusuhan terhadap penduduk Yahudi supaya dihapus, terutama dalam pendidikan agama.
- Waktu Mathron Ostraos, kepala Yahudi di Stone Hale Amerika Serikat mengirimkan surat kepada Kardinal Beya yang ditandatangani oleh 15 pendeta, menuntut agar kalimat yang menimbulkan salah faham atau yang melukai hati Yahudi hendaknya tidak disampaikan lagi dalam khotbah gereja.
- Pada tahun 1962, Kardinal Beya sebagai Sekjen Yayasan Pemeluk Agama Kristen (di Vatikan) mengeluarkan surat keputusan mengenai penghapusan kalimat yang melukai hati Yahudi. Akhirnya delegasi ingin menghadiri sidang gereja yang membahas masalah tersebut.
- Mereka menemui Paulus untuk membicarakan moment yang bersejarah itu. Tetapi tanpa diduga sebelumnya, peristiwa itu telah menggoncang negara-negara Arab. Akhirnya sidang yang membahas masalah tersebut ditunda untuk sementara. Akan dilanjutkan lagi bila hal itu sudah lepas dari sorotan negara-negara Arab.
Sumber : Catatan Ust. Kodiran Salim
0 komentar:
Post a Comment